9 Warga Jepara Meninggal Akibat Demam Berdarah

inilahjateng.com (Jepara) – Sebanyak 9 warga Jepara meninggal dunia akibat demam berdarah (DBD). Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jepara mencatat per tanggal 22 Februari 2024 telah ada 507 kasus.
Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara Dokter Eko Cahyo Puspeno menyebut kondisi terakhir DBD di Jepara sebagai “situasi yang menghawatirkan”.
Dia menyebut perlunya langkah antisipasi agar tidak merebak.
“Saat ini rumah sakit penuh dengan pasien, bahkan meluber sampai UGD (unit gawat darurat). Ada kalanya di UGD antri sampai sepuluh pasien,” katanya, Sabtu (24/2/2024).
Menurut Eko, ini merupakan siklus lima tahunan. Selain memaparkan petunjuk sejumlah upaya antisipasi teknis, dia menekankan banyaknya kasus DBD pada anak-anak.
“Apakah dengan ini kita berpikir di mana anak-anak mendapati gigitan nyamuknya? Apakah mungkin di sekolah? Maka saya terima kasih Kepala Disdikpora sudah membuat edaran ke sekolah. Juga Kemenag,” kata dia.
Eko menambahkan, jumlah 9 warga meninggal dengan total DBD 507 kasus itu, hampir menyamai total kasus sepanjang tahun 2023.
Jumlah kasus itu terjadi dalam kondisi rata-rata angka bebas jentik masih di bawah 95 persen.
“Itu terjadi di semua wilayah Jepara,” tambahnya.
Dia juga menekankan langkah paling efektif mencegah DBD adalah PSN rutin seminggu sekali dan serentak.
Menanggapi situasi tersebut, Pemerintah Kabupaten Jepara mengantisipasi kenaikan signifikan kasus DBD dengan mengumpulkan seluruh lurah dan petinggi, kepala Puskesmas, pimpinan rumah sakit, hingga organisasi profesi dan kepala perangkat daerah dalam rapat koordinasi penanganan dan pemberantasan penyakit tersebut.
Sekda Jepara, Edy Sujatmiko mengatakan, meski fogging bukan solusi terbaik, namun diperlukan untuk memberi sugesti kepada masyarakat.
“Tapi PSN harus benar-benar jalan. Pak Camat dan Pak Petinggi silakan berdayakan masyarakat untuk mengaktifkan jumantik (juru pemantau jentik) dalam diri masing-masing warga dan keluarga,” katanya. (NIF)