Jateng

Mahasiswa TI USM Luncurkan Sistem Keuangan Digital Berbasis WhatsApp

inilahjateng.com (Semarang) – Di tengah arus digitalisasi yang merambah ke berbagai sektor kehidupan, warga RW 06 Kelurahan Plamongan Sari, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang, kini ikut merasakan manfaatnya.

Sebuah inovasi berbasis teknologi diluncurkan untuk mendukung transparansi dan efisiensi tata kelola keuangan lingkungan.

Lewat kolaborasi dengan mahasiswa Universitas Semarang (USM), RW 06 kini memiliki Sistem Informasi Manajemen Keuangan RW, sebuah platform digital yang dirancang khusus untuk mencatat, memantau, dan melaporkan arus keuangan dari tujuh RT yang ada di wilayah tersebut.

Proyek inovatif ini digagas oleh Aditya Rifky Nugroho, mahasiswa program studi Teknologi Informasi USM, di bawah bimbingan Dr. April Firman Daru.

Menggunakan framework Laravel 11 dan terintegrasi langsung dengan aplikasi WhatsApp, sistem ini mampu mengirimkan laporan keuangan, notifikasi iuran, hingga rekap kegiatan secara otomatis ke ponsel warga.

Baca Juga  USM Beri Penyuluhan Hukum ke Siswa SMA Kesatrian 2 Semarang

“Dengan sistem ini, pemasukan dan pengeluaran dari tiap RT bisa dilihat secara real time oleh pengurus maupun warga. Ini adalah langkah menuju tata kelola yang lebih transparan dan akuntabel,” ujar Dr. April, Rabu (23/4/2025).

Ketua RW 06, Sosiawan, menyambut baik kehadiran sistem ini.

Ia mengungkapkan, sebelumnya laporan keuangan hanya disampaikan dalam rapat, namun kini bisa diakses kapan saja oleh seluruh warga.

“Selama ini, laporan disampaikan secara tertulis saat rapat RW, tapi tidak semua warga hadir. Sekarang, semua jadi lebih terbuka, cepat, dan bisa diakses kapan pun,” katanya.

Senada dengan itu, Pengurus RT 1, Gunawan, mengaku sistem ini sangat memudahkan pengurus dalam pencatatan kas.

Baca Juga  Kapolres Demak Kunjungi Purnawirawan dan Warakawuri

“Biasanya kami catat manual, dan kadang terlambat menyetor laporan. Sekarang cukup input lewat sistem, datanya langsung tersimpan rapi,” ujarnya.

Aditya, sang pengembang, menyebut tantangan terbesarnya adalah menciptakan sistem yang mudah digunakan oleh semua kalangan, termasuk mereka yang belum terbiasa dengan teknologi.

“Saya buat antarmuka yang sederhana dan sesuai kebutuhan lapangan. Bahkan WA pun bisa dipakai buat dapat info,” jelasnya.

Lebih dari sekadar proyek akademik, Aditya melihat sistem ini sebagai bentuk kontribusi nyata mahasiswa kepada masyarakat.

Ia berharap model serupa bisa diterapkan di wilayah lain sebagai bentuk modernisasi tata kelola lingkungan berbasis teknologi.

Sistem ini menjadi bukti bahwa digitalisasi bukan hanya milik kota besar atau sektor bisnis, tapi juga bisa menjadi solusi efektif di tingkat akar rumput. (RED)

Back to top button