
inilahjateng.com (Amerika) – Miliarder India Gautam Adani (62) telah didakwa melakukan penipuan di Amerika, dengan tuduhan skema suap sebesar 250 juta dollar Amerika Serikat atau setara dengan 3 triliun rupiah dan menutupinya untuk mengumpulkan uang di Amerika Serikat.
Dakwaan pidana yang diajukan pada hari Rabu (20/11/2024) di New York merupakan tamparan baru bagi Gautam Adani yang merupakan salah satu orang terkaya di India, yang bisnisnya meluas dari pelabuhan dan bandara hingga energi terbarukan.
Dalam dakwaan, jaksa menuduh Gautam dan eksekutif senior lainnya telah menyetujui pembayaran kepada pejabat India untuk memenangkan kontrak bagi perusahaan energi terbarukannya yang diharapkan menghasilkan laba lebih dari $2 miliar dollar selama 20 tahun atau setara dengan 31 triliun rupiah.
Adani Group tidak segera menanggapi komentar tersebut.
Saham perusahaan Adani Group anjlok lebih dari 10% dalam perdagangan Kamis pagi (21/11/2024) sehingga grup tersebut kehilangan sekitar $30 miliar kapitalisasi pasar.
Adani Green Energy, perusahaan yang menjadi pusat tuduhan tersebut, juga mengatakan tidak akan melanjutkan penawaran obligasi senilai $600 juta.
Laporan penyelidikan penyuapan telah beredar sejak lama, bahkan Amerika Serikat mulai menyelidiki perusahaan tersebut sejak 2022, namun terhalang.
“Sebagaimana dituduhkan, para terdakwa mengatur skema rumit untuk menyuap pejabat pemerintah India guna mendapatkan kontrak senilai miliaran dolar dan berbohong tentang skema penyuapan tersebut saat mereka berupaya mengumpulkan modal dari investor AS dan internasional,” kata Jaksa AS Breon Peace dalam pernyataan mengumumkan dakwaan tersebut.
Dalam beberapa kesempatan, Gautam Adani bertemu langsung dengan pejabat pemerintah untuk memajukan skema suap.
“Selama hampir dua tahun terakhir, Gautam Adani telah berusaha memulihkan citranya, dan menunjukkan bahwa tuduhan penipuan yang pernah dilontarkan terhadapnya tidak benar, dan perusahaan serta bisnisnya sebenarnya berjalan cukup baik,” lanjutnya, dikutip dari BBC News.
Gautam Adani adalah sekutu dekat Perdana Menteri India, Narendra Modi. Ia telah lama menghadapi tuduhan dari politisi oposisi yang menuduhnya telah memperoleh keuntungan dari hubungan politiknya, walaupun kerap dibantah. (***)