Jateng

Anak Petani Sragen Raih Beasiswa Rp 1 Miliar, Siap Jadi Dokter Pelayan Desa

inilahjateng.com (Sragen) – Mimpi besar bisa lahir dari ladang yang sederhana. Edward Hikmawan (18), anak bungsu dari pasangan petani penggarap sawah di Desa Bentak, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen, berhasil menginspirasi banyak orang usai meraih beasiswa senilai Rp 1 miliar untuk kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.

Putra dari Supriyanto (49) dan Fitri Hidayati (47) ini tak memiliki latar belakang keluarga berada.

Sejak tahun 2000, orang tuanya menyambung hidup dengan menggarap sawah sewaan, setelah kembali dari merantau di Jakarta.

Namun keterbatasan ekonomi tidak memadamkan semangat Edward untuk menggapai cita-citanya menjadi seorang dokter.

“Beasiswa ini membawa saya lebih dekat ke mimpi sejak SMP, ingin jadi dokter dan kembali mengabdi untuk desa saya yang kekurangan tenaga medis,” ujar Edward dengan penuh haru, Kamis (10/7/2025).

Baca Juga  Pemprov Jateng Perbanyak Pompa Tangani Rob Sayung Demak

Lulusan SMA Trensains Muhammadiyah Sragen ini tumbuh di lingkungan yang minim fasilitas kesehatan.

Menyaksikan hanya satu dokter praktik di desanya, Edward bertekad kelak ingin hadir sebagai harapan baru bagi masyarakat sekitar.

Anak dari desa kecil di Dukuh Tanjungsari ini ingin menunjukkan bahwa siapa pun bisa bermimpi dan mewujudkannya.

Beasiswa bergengsi itu ia peroleh dari seleksi ketat yang diikuti oleh 950 siswa se-Indonesia.

Lewat jalur informasi dari gurunya, Edward mendaftar, mengikuti seluruh tahapan seleksi: administrasi, akademik, psikologi, kesehatan, hingga wawancara.

Dari ratusan pendaftar, akhirnya hanya tiga yang lolos hingga tahap akhir, dan Edward terpilih sebagai satu-satunya penerima.

“Waktu tinggal tiga orang, saya benar-benar tidak bisa tidur. Rasanya campur aduk. Tapi alhamdulillah, Kamis (19/6) diumumkan saya yang diterima,” ujarnya sambil tersenyum.

Baca Juga  Warga Tolak Penutupan TPS Di Jepara

Beasiswa tersebut mencakup seluruh biaya pendidikan, uang masuk, asrama, hingga biaya hidup.

Edward akan menerima uang saku sebesar Rp 800.000 per bulan, dengan SPP semesteran Rp 60 juta dan biaya masuk senilai Rp 250 juta yang seluruhnya ditanggung.

Cerita Edward bukan sekadar soal keberuntungan. Ini adalah kisah tentang keteguhan tekad, dukungan keluarga, dan keyakinan pendidikan adalah jalan perubahan.

Dari tangan kasar ayahnya yang mencangkul sawah sewaan, kini Edward bersiap menggenggam stetoskop, melayani mereka yang dulu jauh dari layanan medis.

Dengan semangatnya, Edward Hikmawan bukan hanya mengangkat harapan keluarganya, tetapi juga menjadi simbol bahwa mimpi anak desa pun bisa menjangkau langit, selama mereka berani berusaha. (MPM)

Back to top button