
inilahjateng.com (SALATIGA) -Ratusan peserta dari perwakilan sekolah menengah pertama (SMP) se-Kota Salatiga mengikuti karnaval pelajar anti bullying, Sabtu (11/11/2023).
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Salatiga Nunuk Dartini mengatakan konsep kampanye anti bullying berupa karnaval sengaja digelar agar masyarakat memahami isu perundungan.
“Karena masih banyak pemahaman orangtua pendidikan itu sudah diajarkan di sekolah. Padahal, manakala di rumah orangtua juga memiliki peran mendidik anak. Maka, lewat karnaval ini agar orang luas tertarik soal apa itu bullying,” terangnya kepada Inilahjateng.com, di Bundaran Ramayana, Kota Salatiga, Sabtu (11/11/2023)
Ia menambahkan, kegiatan karnaval anti bullying bagian dari impelementasi Kurikulum Merdeka nomor 25 tentang anti kekerasan. Dengan begitu, seluruh elemen bukan saja hanya di sekolah praktik bullying benar-benar hilang.
Nunuk mengaku, selama ini masih ada perilaku perundungan di sekolah meskipun prosentasenya rendah. Selain lewat upaya menyenangkan dengan karnaval pada setiap sekolah di Salatiga telah dibentuk kelompok kerja khusus.
“Kami juga menggandeng Dinas Perlindungan Anak (DPA) Salatiga. Lalu, hampir semua sekolah disini sudah menerapkan konsep sekolah ramah anak. Jadi, jika ada masalah (anak) mereka akan melapor kesiapa dan penerima laporan melakukan apa,” katanya
Nunuk menyebutkan, dampak perilaku bullying dinilai cukup berdampak negatif. Selain membuat minat belajar siswa menurun mereka (korban) bisa memilih melakukan tindakan ekstrim seperti bunuh diri.
Pihaknya menjelaskan, lewat kampanye anti bullying secara terbuka ini diharapkan membuka kepedulian semua pihak. Pasalnya kata dia, jika ada masalah terkait anak dinilai pengajaran sekolah kurang maksimal.
“Maka, kami di Salatiga juga ada kelas parenting untuk para orangtua siswa. Semua itu, agar ketemu pemahaman dan peran guru serta para orangtua di rumah,” jelasnya
Seorang peserta Ramadan Cahyo (14) mengaku masih ada praktik bullying di sekolahnya. Meskipun demikian, perilaku perundungan tidak ekstrim tapi sebatas saling ejek antar siswa.
“Biasanya suka menyebut atau memanggil dengan nama orangtua. Jadi, adanya karnaval anti bullying ini bagus walaupun guru sudah menasehati saat disekolah,” tandas siswa SMP Muhammadiyyah Salatiga itu. (RIS)