
inilahjateng.com (Semarang) – Binus University Semarang meluncurkan konsep pariwisata digital bernama Metaverse Borobudur.Â
Rektor Binus University Semarang, Dr. Ir. Boto Simatupang menjelaskan bahwa Metaverse Borobudur adalah sebuah sarana virtual untuk mendukung pengembangan pariwisata di dalam kurikulum pendidikan kampus.
Dirinya menyebut bahwa berbagai model kurikulum digital dalam bidang pendidikan, bisnis dan pariwisata bakal selalu dikembangkan di Binus University Semarang.
Menurutnya, hal tersebut agar bisa masuk pembelajaran kampus. Ditambah, mahasiswa lulusan Binus University dipersiapkan untuk menghadapi tuntutan dunia kerja era revolusi industri 4.0.Â
“Ada ke depan inovasi-inovasi lain semacam metaverse, Binus University akan terus konsisten menggunakan teknologi digital untuk mendukung pembelajaran. Selain kurikulum ajar, juga dapat dimanfaatkan untuk praktikum bagi mahasiswa. Tujuannya mempersiapkan mahasiswa dapat siap menghadapi tantangan dunia kerja era digital,” ungkapnya di Kampus Binus University Semarang, Jum’at (23/2/2024).
Dirinya menuturkan bahwa pada industri mendatang kemungkinan besar seluruhnya mengandalkan kemajuan teknologi AI, VR, AR, IoT, dan sebagainya, termasuk memungkinkan di dalamnya terdapat ruang interaksi sosial untuk memperluas jejaring penggunanya.Â
“Oleh sebab itu, kurikulum pendidikan kampus bagi mahasiswa dibuat sedemikian. Agar diharapkan dapat mempersiapkan mereka siap terserap industri masa kini dan masa depan,” katanya.
Sementara, penggagas metaverse bernama Siti Elda Hierera menambahkan proyek bersama buatan akademisi dan mahasiswa Binus University Semarang ini semata-mata tidak hanya untuk pembelajaran kampus dan praktikum.
Namun, ia menyebut dapar dilihat dampaknya, demi memberikan sumbangan pemikiran untuk mendukung pariwisata digital Indonesia.Â
“Metaverse Borobudur merupakan sebuah penelitian untuk meningkatkan minat berwisata turis asing atau wisatawan lokal. Modelnya dikonsep menghadirkan wisata digital, gambarannya wisata dikemas dalam bentuk virtual, mobile game. Jadi, wisatawan seakan-akan sedang berada di lokasi wisata, atau kata lainnya berwisata digital sebelum datang ke tempat wisata sesungguhnya,” tambah Elda yang juga sebagai Dosen School of Information Binus University. (bdn)