News

BRIN: Teknologi Wolbachia Turunkan 86 Persen Kasus Rawat Inap Demam Berdarah


Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Christina Safira Whinie Lestari, mengungkapkan bahwa teknologi inovasi Wolbachia yang masih dikembangkan di Indonesia dapat membantu mengurangi populasi vektor dengue. 

“Wolbachia adalah bakteri alami yang ada pada 60 persen serangga. Bakteri itu tidak menginfeksi manusia atau vertebrata lain dan tidak menyebabkan manusia atau hewan menjadi sakit,” ujarnya di Jakarta, Senin (10/6/2024).

Christina, seorang periset biomedis, menjelaskan bahwa Wolbachia dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti dapat menghambat replikasi virus dengue, sehingga mengurangi kemampuan nyamuk tersebut sebagai penular demam berdarah. 

Studi kelayakan pelaksanaan teknologi Wolbachia telah dilakukan di Yogyakarta pada tahun 2022, menghasilkan penurunan 77 persen kasus demam berdarah dan 86 persen kasus perawatan di rumah sakit.

Baca Juga  PKB Masih ‘Bimbang’ Putuskan Bobby atau Edy Rahmayadi di Pilgub Sumut

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh infeksi virus dengue, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. 

Nyamuk tersebut berkembang biak cepat pada genangan air bersih, dan puncak insiden demam berdarah biasanya terjadi pada musim hujan.

Gejala utama demam berdarah meliputi demam tinggi, nyeri kepala berat, nyeri di belakang bola mata, mual, muntah, nyeri ulu hati, rasa linu-linu pada tulang, dan ruam merah. Christina menjelaskan bahwa seseorang bisa terkena demam berdarah berulang kali karena respon imun kekebalan yang dibentuk oleh tubuh tidak sepenuhnya bisa menetralkan virus tersebut. 

“Ini disebabkan karena demam berdarah tidak hanya memiliki satu serotipe, melainkan memiliki beberapa serotipe,” pungkasnya.

Baca Juga  PAN Buka Pelungan Dukung Putri Akbar Tandjung dan Astrid di Pilwalkot Solo

Back to top button