Jateng

Cagub Ahmad Luthfi akan Bangun Lumbung Pangan Desa

inilahjateng.com (Kendal) – Sejumlah gagasan diutarakan Cagub Ahmad Luthfi untuk memajukan petani di Jawa Tengah.

Saat ini petani Jateng banyak yang mengeluh soal ketersediaan pupuk hingga harga jual saat panen.

Sunoto, salah satu petani asal Desa Sendang Kulon, Kecamatan Kangkung, Kabupaten Kendal, ngotot Kartu Tani dihapuskan.

Kartu itu justru membuat ribet dan membuat petani kesusahan dapat pupuk.

“Kartu Tani niku dihapus mawon Pak. Malah gawe ribet. (Kartu Tani itu dihapus saja Pak. Justru membuat susah),” kata Sunoto yang juga menjadi Ketua RT 2 Rw 3 desa setempat di acara Sarasehan Petani bersama Ahmad Luthfi di area persawahan desa, Senin (7/10/2024).

Acara itu dihadiri seratusan petani padi, bawang merah maupun tembakau dari desa setempat.

Baca Juga  Fatayat NU Banyumanik Gelar Khitanan Massal Gratis, Walikota: Bentuk Kepedulian Sosial

Hal serupa juga disampaikan Sukamat yang merasakan kesulitan serupa. Ia seringkali kehabisan pupuk di outlet, padahal pupuk masih kurang.

Dirinya tetap bisa membeli pupuk namun non subsidi dengan harga tiga kali lipat.

“Tapi pas panen, tombok. Pupuknya lebih mahal soalnya,” kata Sukamat.

Persoalan berikutnya adalah seringnya harga anjlok saat panen, sehingga petani yang sudah berbulan-bulan menanam dan merawat tanaman tak mendapatkan hasil seimbang.

Perbaikan irigasi di sawah menjadi harapan berikutnya dari para petani.

“Saat nanam, petani semangat, tapi saat mendekati masa panen rasanya jadi deg-degan takut harga anjlok. Harapanya jika Pak Luthfi Jadi Gubernur, bisa menstabilkan harga jual,” ujar Nur Faizin.

Baca Juga  Kenang Jasa Pahlawan di Darat dan Laut, Polda Jateng Gelar Ziarah dan Tabur Bunga

Menanggapi hal itu, Ahmad Luthfi menyampaikan program dan siap untuk dilaksanakan saat ia menjabat jadi Gubernur.

Prinsip pupuk itu harus murah dan mudah didapatkan petani.

Harga pupuk mahal dan susah didapat karena problem terjadi di proses pendistribusiannya yang tidak tepat sasaran.

Ia sepakat jika kartu tani mesti dievaluasi karena sudah tidak relevan.

Misal, petani yang sewa lahan ndak punya kartu, melainkan dimiliki pemilik tanah. Sehingga menyulitkan dalam proses perawatan tanaman.

Kedepan BUMDes akan mengambil peran dalam pendistribusiannya sekaligus pengendalian pupuk.

“Kartu tani mengandung masalah soal distribusinya, RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani). Mekanisme baru ini akan memudahkan petani dapat pupuk, karena sebenarnya cukup,” ujarnya.

Baca Juga  Kapolres Demak Pimpin Ziarah Ke Taman Makam Pahlawan

Kemudian Ahmad Luthfi juga gagas Lumbung Pangan Desa. Lumbung pangan ini jadi solusi seringnya harga anjlok saat panen.

Ia ingin menerapkan konsep kearifan lokal gledek atau lumbung pangan skala rumahan tempo dulu.

Petani zaman dulu saat panen, padi hanya dimakan secukupnya dan sisanya disimpan di gudang rumah. Hal itu untuk mengantisipasi saat terjadi paceklik.

“Brambang dan adi disimpan di Lumbung Pangan Desa. Selain sebagai stok, juga bisa dijual saat harga naik. Pak RT mencatat, sehingga para petani di desa punya tabungan,” katanya.

Untuk pendirian Lumbung Pangan Desa menjadi kewajiban pemerintah. Dinas terkait mesti hadir memfasilitasi dan memberikan pendampingan. Dalam hal ini, BUMDes bisa kembali berperan. (RED)

Back to top button