
inilahjateng.com (Kendal) – Dianggap telah menjalankan “laku dharmayuda”, Calon Wakil Gubernur Jawa Tengah, Hendrar Prihadi dinobatkan sebagai senopati oleh masyarakat adat kampung Jawa Sekatul, kabupaten Kendal, Kamis (21/11/2024) malam.
Sebelum dinobatkan sebagai senopati, Hendrar Prihadi yang dikenal dengan nama Hendi harus melakukan prosesi ritual adat jawa.
Prosesi ritual “penobatan senopati” ini digelar di kampung Jawa Sekatul desa Margosari kecamatan Limbangan, Kendal.
Dalam prosesi tradisi tersebut, telah disiapkan nasi tumpeng, ingkung ayam, dan jajan pasar.
Ritual tradisi ini dilakukan, sebelum berlangsungnya prosesi penobatan senopati kepada Hemdrar Prihadi.
Penobatan senopati kepada cawagub Jawa Tengah nomor urut satu ini dilakukan karena selama ini Hendrar Prihadi telah menjalankan “laku dharmayuda”.
“Saya datang ke sini karena karena beliau ini mempunyai komitmen yang tinggi terkait nguri-nguri budaya. Jadi apa yang pernah menjadi sejarah bangsa kita, hari ini dicoba terus dilestarikan,” kata Cawagub Jawa Tengah, Hendrar Prihadi.
Prosesi diawali dengan pemotongan nasi tumpeng yang kemudian diberikan oleh perwakilan sedulur sikep.
Kemudian dilanjutkan dengan “doa kiblat papat” atau doa empat penjuru mata angin dan tari bedhaya.
Prosesi tersebut diikuti sekitar seratus orang berpakaian adat Jawa dari berbagai kota di Jawa Tengah.
Setelah itu, prosesi kembali dilanjutkan dengan menggelar kain putih yang disucikan dengan air suci.
Dengan dikawal penari bedhaya, Hendi memasuki bangsal Saridin melewati kain putih yang disucikan tadi.
Kain putih yang telah disucikan dan didoakan tersebut dan dilewati Hendi memiliki makna kelak Hendi bisa menjadi seorang senopati yang bisa memimpin rakyatnya dengan bijaksana.
“Saya berterima kasih karena telah dinobatkan sebagai senopati oleh masyarakat adat kampung Jawa Sekatul dan tentunya saya ikut ambil bagian dalam nguri-nguri budaya Jawa,” jelasnya.
Hendi menerangkan dalam kompetisi pilgub Jawa Tengah tidak seperti dalam perang bharatayuda namun justru dengan beradu program.
“Dalam pilgub ini, kita berkompetisi dengan calon lain tapi tidak seperti dalam perang Bharatayuda. Di pilgub ini, kita beradu program dan tidak boleh ada permusuhan antar calon,” terangnya.
Sementara itu, menurut sesepuh Kampung Jawa Sekatul, Sri Anglung Prabu Punto Djojonagoro Cakrabuana Girinata, mengatakan negara tidak boleh melupakan budaya dan dalam cerita pandawa maupun kurawa memiliki seorang senopati.
Sehingga dalam kontestasi pilgub Jawa Tengah ini harus dilakukan dengan mengedepankan dharmayuda dan bukan dengan cara-cara yang tdak baik.
“Ya itu kita untuk mengingatkan kembali Jawa masa lalu dalam cerita perang Bharatayuda itu masing-masing dari pihak pandawa maupun kurawa itu mengangkat senopati. Itu yang maksudnya dengan prosesi Senopati yang kita lakukan ssperti ini agar dalam persaingan kompetisi seperti pilgub ini dijalankan dengan cara Dharmayuda,” katanya.
Kalau dalam kompetisi tidak dilakukan dengan cara dharmayuda tapi dilakukan dengan menghalalkan segala cara maka itu sangat dilarang.
“Jadi kalau dalam kompetisi atau bersaing dengan menghalalkan segala cara maka itu sangat tidak baik dan dilarang,” pungkasnya.
Diharapkan, kelak dalam pelaksanaan pemilihan gubernur jawa tengah bisa berjalan dengan aman, damai, dan lancar. (Ren)