Jateng

Cegah Tragedi Bunuh Diri di Jembatan Jurug Terulang, Ini Langkah Pemkot Solo

inilahjateng.com (Solo) – Tragedi bunuh diri yang menggemparkan di Jembatan Jurug tak hanya menyisakan duka, tapi juga menjadi peringatan keras bagi Pemerintah Kota Solo.

Sebagai respons cepat, Pemkot Solo menyiapkan 60 lulusan psikologi untuk disebar ke berbagai Posyandu Plus sebagai garda depan layanan kesehatan mental komunitas.

Wali Kota Solo, Respati Ardi, menyatakan keprihatinan mendalam atas insiden yang menimpa seorang mahasiswi Universitas Sebelas Maret (UNS) tersebut.

Ia menegaskan, kasus ini tak bisa lagi dianggap sebagai persoalan individu semata, melainkan sudah menjadi alarm sosial.

“Kami tidak bisa lagi menunggu. Saat ini, 60 sarjana psikologi akan kami tempatkan di posyandu agar masyarakat bisa mendapat akses konseling lebih awal dan terbuka,” ujar Respati, Jumat (4/7/2025).

Baca Juga  Jemaah Haji asal Jepara Pulang ke Kota Ukir

Program Posyandu Plus yang telah berjalan sejak awal tahun kini diperluas fungsinya.

Dari yang awalnya fokus pada pelayanan ibu dan anak, kini mencakup layanan konseling psikologis, terutama untuk remaja dan dewasa muda.

Respati menyebut, target utamanya adalah membangun kesadaran kolektif soal pentingnya kesehatan mental, serta menjadikan posyandu sebagai ruang yang ramah dan aman bagi warga untuk berbicara tanpa stigma.

“Selama ini, kita terlalu fokus pada fisik. Kesehatan mental masih dianggap tabu. Itu harus kita ubah,” tegasnya.

Wakil Wali Kota Astrid Widayani menambahkan, fasilitas ini tidak hanya untuk warga ber-KTP Solo. Mereka yang tinggal, ngekos, atau kontrak di wilayah Solo juga bisa mengakses layanan tersebut.

Baca Juga  Enam Desa di Jepara Rawan Tenggelam Gegara Abrasi

“Banyak anak muda dari luar kota tinggal di Solo untuk sekolah atau kuliah. Kami ingin mereka tahu bahwa Solo peduli, dan mereka tidak sendiri,” kata Astrid.

Menanggapi usulan warga, Astrid juga menyampaikan, Pemkot tengah mengevaluasi aspek keamanan fisik di area rawan, termasuk menambah kamera pengawas, pencahayaan, dan petugas patroli di sekitar Jembatan Jurug.

Langkah ini sekaligus menjadi evaluasi terhadap sistem perlindungan psikososial di tingkat kota, yang selama ini dinilai belum cukup menjangkau generasi muda yang diam-diam memendam tekanan hebat.

“Jangan tunggu depresi itu meledak jadi tragedi. Lewat Posyandu Plus, kami ingin hadir lebih awal, menjadi teman bicara sebelum semuanya terlambat,” pungkas Respati. (AKA)

Back to top button