
inilahjateng.com (Semarang) – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang menerapkan sistem integrasi layanan primer (ILP) yang bertujuan untuk menjangkau layanan kesehatan masyarakat hingga ke tingkat RW.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, M. Abdul Hakam menjelaskan ILP ada transformasi sistem pelayanan kesehatan untuk mendekatkan masyarakat terhadap layanan kesehatan yang lebih baik.
“ILP ini sudah dimulai sejak 1 Juni 2024. Ini untuk menjangkau layanan kesehatan yang lebih baik di Kota Semarang,” kata Hakam, Kamis (4/7/2024).
Hakam menjelaskan jika ILP sebenarnya sudah disiapkan sejak tahun 2023. Bahkan konsep tersebut untuk melakukan assesment atau penilaian dari skrining.
“Kami buat bukunya, kemudian kami sosialisasikan di bulan November 2023 ke seluruh puskesmas di kota Semarang,” jelasnya.
Hakam menyebut untuk membuat isian untuk skrining tidak mudah. Pertanyaannya harus menjurus oada skrining mulai dari usia, jenis kelamin, hingga mengarah pada berbagai macam penyakit yang menjurus pada usia tersebut.
Dinas Kesehatan sendiri sebenarnya sudah terbiasa melakukan skrining melalui kegiatan bernama Lawang Sewu (Layanan Warga Semarang Sehat Setiap Waktu) yang berjalan sejak tahun 2021.
“Program Lawang Sewu ini kemudian kita tata dengan baik, ada toolsnya dengan MSN (mentari sehat nusantara). Sehingga skriningnya bisa by name by address. Nantinya bisa terlihat di catatan medic digital masing-masing masyarakat Kota Semarang,” paparnya.
Melalui inovasi ini secara tidak langsung Integrasi Layanan Primer (ILP) antara Posyandu, Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Puskesmas Utama rupanya telah terintegrasi dengan baik pelayanannya.
“Kalau dulu pelayanan di posyandu masih terkotak-kotak, terpisah antara balita sendiri, remaja, bahkan lansia sendiri, sekarang sudah jadi satu,” jelasnya.
Kemudian, lanjutnya, ketika di posyandu primer ini dibutuhkan layanan yang tidak ada di posyandu mana bisa dikonsultasikan ke Pustu. Apabila tidak ada di Pustu maka akan di rujuk ke Puskesmas Utama, berjenjang hingga Rumah Sakit. “Inilah yang namanya integrasi layanan primer,” lanjutnya.
Setelah integrasi layanan primer dinilai berhasil di tingkat tersebut, lanjut Hakam, maka mulai 1 Juni 2024 akhirnya layanan terintegrasi ini merambah hingga Rukun Warga (RW).
“Kita masuk ke RW-RW. Misal di Puskesmas Purwoyoso memiliki dua kelurahan, masing-masing kelurahan memiliki 7 atau 10 RW maka akan didatangi per RW. Ini sudah mulai di 1 Juni 2024 ini,” bebernya.
Hakam menyebut, sejauh ini posyandu primer dan layanan hingga RW ini berjalan dengan baik. Meski demikian, pihaknya tetap terus melakukan evaluasi dan menerima setiap masukan dari masyarakat.
“Nanti kita lihat evaluasinya bagaimana. Dari dugaan-dugaan penyakit yang didapati di Posyandu, kemudian yang harus dibuktikan. Misalnya curiga hamil, maka harus di tespek di Pustu atau Puskesmas, tidak bisa di Posyandu. Rujukan-rujukan ini, komunikasi-komunikasi ini, maupun pemeriksaan lanjutan ini yang dibutuhkan masyarakat,” paparnya.
Ditanya respon masyarakat terhadap program ILP, Hakam mengaku respon masyarakat sangat luar biasa. “Ini karena Posyandu Primer ini kan konsepnya dari masyarakat untuk masyarakat. Jadi yang membantu registrasi, melakukan tensi, pemeriksaan adalah masyarakat. Namun sesuai tools MSN maka tetap ada pendampingan dari petugas Puskesmas,” jelasnya.
Pemerintah, kata Hakam, melakukan ILP tujuannya untuk mengurangi angka kesakitan dan angka kematian. “Jadi kalau misalnya ada penderita suatu penyakit, itu cepat terdeteksi sehingga saat masih dalam tahap awal, tata laksana pengobatannya lebih mudah dan lebih sempurna,” katanya.
Skrining yang dilakukan, tidak hanya skrining gula, tensi, kolesterol. Tapi juga penyakit infeksi seperti demam yang disebabkan dari DB, tipes, TBC, atau penyakit infeksi yang lain.
“Itu melalui tools MSN (Mentari Sehat Nusantara) akan diarahkan, apakah curiga ke arah infeksi. Misal kecurigaan kearah TBC bisa dilanjutkan ke puskesmas untuk pemeriksaaan dahak dan seterusnya,” papar dia.
Menurut Hakam, dengan adanya ILP hingga ke RW, deteksi dan penanganan dini suatu penyakit bisa dilakukan lebih cepat, dan pastinya mengurangi angka kesakitan dan angka kematian di Ibu Kota Jawa Tengah. (LDY)