Disdalduk KB Kota Semarang Sosialisasikan KB Vasektomi

inilahjateng.com (Semarang) – Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Disdalduk KB) Kota Semarang berupaya melakukan sosialisasi KB vasektomi yang diperuntukkan bagi pria.
Pasalnya, selama ini program KB masih didominasi untuk kaum perempuan.
Dari data Disdalduk KB Kota Semarang untuk cakupan program KB tahun 2024 mencapai 77,73 persen. Cakupan tersebut terbilang cukup tinggi.
Kepala Disdalduk KB Kota Semarang, Lilik Farida menyampaikan program KB yang hingga saat ini masih didominasi kaum perempuan, mayoritas adalah KB non-MKJP (metode kontrasepsi jangka panjang)
“Metode KB non MKJP ini meliputi suntik maupun konsumsi pil KB,” kata Lilik saat membuka penyuluhan KB dan kesehatan reproduksi, di Kantor Kelurahan Pakintelan, Rabu (14/5/2025).
Ia menambahkan untuk penggunaan KB vasektomi yang diperuntukkan bagi pria terbilang masih sangat kecil. Angkanya masih kisaran nol koma sekian persen.
“Kami kerjasama dengan TNI, paguyuban pria, untuk menyosialisasikan KB vasektomi. Harapannya, dapat membuka wawasan, terutama nagi pasangan usia subur terkait beragam jenis KB yang bisa digunakan,” jelasnya.
Disdalduk KB juga telah mempromosikan KB vasektomi pada momentum peringatan Hari Kartini. Kala itu dihadirkan langsung para pria yang melakukan vasektomi.
“Harapannya bisa memberikan gambaran terkait KB tersebut. Ada 20 pria yang mengikuti KB vasektomi pada saat itu,” bebernya.
Sementara, pada kesempatan ini, ia memberikan edukasi kepada ibu-ibu di Kelurahan Pakintelan terkait beragam jenis KB, termasuk KB vasektomi.
“Di Kota Semarang mayoritas di KB no-MKJP, yaitu suntik, pil masih mendominasi. Kami dorong ke arah MKJP yaitu IUD, implan, maupun KB yang sifatnya permanen,” paparnya.
Lilik mengatakan, upaya ini adalah salah satu langkah untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk.
Tak hanya itu, melalui KB juga bisa memberi jeda waktu bagi perempuan agar kehamilan tidak terjadi dalam waktu dekat.
“Selama ini banyak kehamilan dengan jarak dekat yang dapat meningkatkan risiko stunting,” jelasnya.
Di sisi lain, Disdalduk KB juga terus melakukan promosi edukasi ke sekolah-sekolah guna mencegah kehamilan usia dini.
Disdalduk KB mencatat, kehamilan usia di bawah 19 tahun masih cukup tinggi yakni sekitar 172 anak.
Pihaknya membentuk pusat informasi konseling (PIK) remaja untuk memberikan edukasi terkait kesehatan reproduksi sekaligus rencana masa depan.
Diharapkan, kalangan temaja terhindar dari seks bebas, kehamilan yang tidak diinginkan, maupun penggunaan narkotika.
“Dari tahun ke tahun kehamilan tidak diinginkan mulai turun, tapi masih ada,” ujarnya.
Sementara itu, narasumber dalam kegiatan terusebut yang juga merupakan dokter kandungan, Muhammad Irsam mengatakan, ada beberapa risiko hamil pada usia muda.
Pertama, dapat menyebabkan tekanan darah tinggi karena usia belum matang. Selain itu, proses pertumbuhan calon ibu yang belum maksimal dapat menyebabkan anemia.
Pada bayi, bisa tsrlahir prematur mengingat rahim yang belum siap.
“Pendarahan juga bisa terjadi. Sering juga terjadi depresi post partum atau yang lebih dikenak baby blues. Ibu stress, depresi, lihat anaknya bisa macem-macem karena mental belum siap,” tuturnya. (LDY)