Dosen UNIKA Tawarkan Metode Mengajar Modern

inilahjateng.com (SEMARANG) – Dosen Unika Soegijapranata Semarang Peter Ardhianto PHD punya gagasan mutakhir dalam merayakan Dies Natalis kampusnya yang ke-41, Sabtu (5/8) 2023.
Gagasan itu juga bakal dibacakan oleh Peter dalam Orasi Ilmiah berjudul “Future of Higher Education in Distuptive World”.
Dalam narasi tersebut Peter menekankan bahwa peran dosen pada era Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan bisa terpengaruh.
Oleh sebab itu menurutnya Dosen tak hanya transfer ilmu tapi harus membuat suasana perkuliahan makin menyenangkan.
Peter mengatakan teknologi kecerdasan buatan berkembang pesat. Dia menyebut, kecerdasan buatan memudahkan manusia dalam pekerjaan.
“Lalu jika begini, bagaimana masa depan kampus? Bagaimana masa depan dosen?. Apakah dosen terancam? Ini pertanyaan yang kerap muncul,” kata Peter.
Dia menuturkan karena kecerdasan buatan, dosen sempat berasumsi dan cemas apakah dia akan tetap dipekerjakan dan mendapat gaji atau tidak.
Dia menegaskan bahwa pendidik atau dosen tak perlu khawatir dan tak akan terganti oleh kecerdasan buatan.
“Posisi dosen malah makin jelas, bukan kabur. Tuntutannya adalah membangun suasana kelas yang menarik. AI itu tidak bisa memotivasi, empati dan membentuk kegiatan kolektif” ucapnya.
Selain itu, dosen juga harus mampu membangun motivasi belajar mahasiswa. Sebab kecerdasan buatan tak bisa membangun motivasi belajar.
“Perlu juga keterlibatan dan kolaborasi dengan prodi lain. Kalau ada keterlibatan maksimal antara dosen dan mahasiswa, motivasi terbentuk,” terang dosen Prodi Desain Komunikasi Visual Unika ini.
Maka dari itu, para dosen terlebih dosen senior harus bisa berubah menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Jangan hanya seperti memberikan ceramah atau kutbah.
“Kebetulan di Unika ini banyak dosen muda. Dosen muda bisa berkolaborasi dengan yang tua untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan,” tandas dia.
Sedangkan dari Rektor Unika Soegijapranata Ferdinandus Hindiarto meminta kepada semua dosen di Unika harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.
“Ada salah satu ruang kelas untuk pembelajaran mata kuliah pendidikan pancasila dan kewarganegaraan. Saya pernah mengintip dari luar. Saya lihat dosennya buka laptop lalu dihubungkan ke TV Monitor. Lalu ada power point yang banyak dan dosennya membacakannya,” kata Ferdi.
“Saya intip, 10 menit atau 15 menit kemudian, mahasiswa mulai keluar kelas satu per satu. Bilangnya ke toilet. Saya membayangkan, ini tugas saya dan wakil rektor untuk mengubah sistem pembelajaran. Memang tidak mudah,” sambungnya.
Dia menyebut dosen senior dirasa agak susah beradaptasi. Namun pihaknya perlu menggenjot agar para dosen senior adaptif dengan perubahan yang ada.
“Tidak akan ada (mahasiswa) yang menikmati jika model pembelajaran seperti ini. Serius! Informasi kan mudah didapat dari kecerdasan buatan. Itu tantangan berat kami. Tapi kami tetap komitmen maksimal,” tandasnya. (DRTS)