DPR RI Dorong Kota Solo Jadi Model Penggunaan Bahasa Daerah

inilahjateng.com (Solo) – Penggunaan bahasa ibu atau bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari masih menjadi PR bagi DPR RI. Oleh sebab itu, DPR RI berniat menjadikan Kota Solo, Jawa Tengah sebagai model penggunaan bahasa ibu atau bahasa daerah.
Anggota Komisi X DPR RI Muhamad Nur Purnamasidi di sela kunjungan di Solo, mengatakan, Indonesia memiliki bahasa ibu. Namun anak-anak zaman sekarang masih tidak memiliki pengetahuan tersebut.
“Anak-anak sudah nggak punya kemampuan untuk menggunakan bahasa ibu, yang kita sebut dengan bahasa daerah. Ini karena mereka tidak terliterasi, nggak ada tayangan di media sosial yang itu berbahasa ibu atau bahasa daerah sehingga makin hari mereka tertinggal jauh,” katanya, Kamis (21/3/2024).
Menyikapi kondisi tersebut, pihaknya bersama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi tengah berupaya agar anak-anak zaman sekarang terakses dengan bahasa ibu.
“Bagaimana misalnya bahasa pengantar di sekolah tingkat SD, SMP diberikan bahasa lokal, bahasa daerah, bukan hanya Bahasa Inggris. Selain itu, kita juga membangun literasi terkait bahasa daerah,” ujarnya.
Dia mencontohkan yang bisa dilakukan salah satunya adalah mencetak banyak buku bacaan tentang bahasa daerah yang saat ini keberadaannya sudah jarang.
Selain itu, juga memperbanyak komunitas untuk membangun literasi bahasa daerah dan pengantar pakai bahasa daerah.
“Tadi saya sampaikan ke mas wali (Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka) kalau bisa sehari dalam setahun di Solo orang diwajibkan bahasa daerah, siapapun termasuk turis. Mau nggak mau mereka belajar. Makanya kami ingin menjadikan Solo sebagai model yang berkarakter dan bisa ditiru oleh daerah-daerah lain,” terangnya.
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek, Hafidz Muksin, menyampaikan, kementerian memiliki program Merdeka Belajar episode ke-17 yang berjudul revitalisasi bahasa daerah.
“Tujuannya bagaimana menumbuhkan kecintaan, kemampuan anak dalam berbahasa daerah, namun bagaimana menumbuhkan itu jangan jadi beban,” ucapnya.
Hafidz menyebut, pendekatan yang dapat dilakukan yakni melalui lomba pidato bahasa daerah, mendongeng bahasa daerah, menulis cerpen bahasa daerah, komedi tunggal bahasa daerah dan nembang bahasa daerah.
“Kemudian kita apresiasi di tingkat sekolah, di pilih mana yang terbaik untuk ikut festival tunas bahasa ibu tingkat kabupaten, yang terbaik kami tingkatkan jadi provinsi, kemudian ke nasional sehingga anak-anak termotivasi,” ujarnya.
Sebagai bagian dari apresiasi, juara tingkat nasional juga bisa masuk jalur prestasi untuk jenjang nasional berikutnya.
“Yang kedua, sejalan dengan Pak Purnomo untuk menumbuhkan anak cinta sekolah di tingkat satuan pendidikan awal, bahasa pengantar pakai bahasa daerah atau bahasa ibu. Kajian oleh inovasi bahwa dengan menjadikan bahasa pengantar dengan bahasa ibu, anak-anak lebih paham ketimbang pakai bahasa Indonesia. Banyak istilah mereka lebih kenal dan lebih mudah dicerna,” bebernya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, Aryo Widyandoko menambahkan, kunjungan Komisi X DPR RI ke Solo untuk melihat secara langsung kemajuan kebudayaan di bidang bahasa.
“Pemeliharaan bahasa kita lakukan dengan banyak hal, di sekolah ada muatan lokal Bahasa Jawa. Ada wayang dan dolanan Jawa. Jadi soal pembinaan bahasa, termasuk manuskrip dan soal literasi,” tandasnya. (DSV)