NasionalJatengFoto

FOTO: Pameran Seni Babad Pangeran Diponegoro

inilahjateng.com (Yogyakarta) – Pengunjung melintas saat melihat karya saat pameran seni di Jogja Gallery Yogyakarta, Minggu (3/11/2024). Pameran sastra rupa #2 Gambar Babad Diponegoro yang digelar oleh 39 perupa tersebut mengisahkan tentang sisi kepahlawanan Pangeran Diponegoro dalam konteks humanisme yang jarang diketahui publik.***

Naskah dari Keraton Yogyakarta berjudul ”Babad Ngayogyakarta HB IV Dumugi HB V” menjadi sumber inspirasi pameran ini. Kitab ini ditulis pujangga atas perintah Raja Keraton Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono VI dan kemudian disalin kembali pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VII.
Pameran ini menampilkan 39 seniman ternama yang menghadirkan karya-karya penuh makna, memadukan ekspresi seni dengan ilustrasi sejarah
Nukilan dari kitab Babad Ngayogyakarta HB IV Dumugi HB V dipecah dalam 39 narasi yang diberikan kepada setiap pelukis untuk divisualisasikan sesuai interpretasi dan gaya para pelukisnya.
Pameran yang didasari dari dunia literasi ini adalah menceritakan kisah hidup Pangeran Diponegoro saat melawan kolonial pemerintahan Belanda.
Gambar Babad Diponegoro” membawa kita menyelami sisi humanistik Pangeran Diponegoro dalam perjuangannya selama Perang Jawa. 
Serat Babad Ngayogyakarta Sultan Hamengku Buwono IV-V koleksi Museum Sonobudoyo turut ditampilkan dalam pameran ini.
Setiap lukisan mengajak kita untuk merenungi nilai kemanusiaan dan semangat perlawanan yang diwariskan oleh Pangeran Diponegoro.
Pameran Babad Diponegoro sebelumnya pernah digelar pada 2019 lalu, kini Jogja Gallery dan Patrapadi bersama Departemen Sejarah UGM dan Jurusan Tata Kelola Seni ISI Yogyakarta mengadakan pameran yang ke-2.
Pameran ini adalah menyosialisasikan sisi kepahlawanan Pangeran Diponegoro dalam konteks sisi humanistik Pangeran Diponegoro terkait kehidupannya dalam perang Jawa. 
Scan barkode ini menceritakan visual menggambarkan tentang Perang Jawa dan kisah perjuangan Pangeran Diponegoro yang dijuluki sebagai “Satrio Pinandhito”. Julukan ini menunjukkan bahwa historiografi Kraton tentang Pangeran Diponegoro tidak menempatkan tokoh ini sebagai sosok antagonis vis a vis dengan Kraton, sebaliknya tindakan dan budi-pekertinya menjadi model dan panutan.
Pelukis memvisualisasikan sesuai interpretasi dan gaya lukisannya saat pameran . Hasilnya, lukisan-lukisan yang disajikan bukanlah sepenuhnya “dokumentasi” atau ilustrasi peristiwa atau lukisan sejarah.
Pengunjung mencoba membaca e-katalog keterangan dalam lukisan. Para pelukis ini berfungsi ganda, yakni sebagai bentuk ekspresi simbolik individual, sekaligus memiliki dimensi atau ilustrasi realitas sejarah. 

 

Baca Juga  Fatayat NU Banyumanik Gelar Khitanan Massal Gratis, Walikota: Bentuk Kepedulian Sosial

 

 

 

 

 

Simak terus inilahjateng.com untuk mendapatkan informasi baru dan perkembangan beragam berita peristiwa menonjol di Jawa Tengah serta nusantara mulai politik, hukum, kriminal, ekonomi-bisnis, sosial-budaya, olah raga, kesehatan, pendidikan, pariwisata, hiburan (entertainment), hingga kearifan lokal (local wisdom) dan lainnya.

Back to top button