inilahjateng.com (Semarang) – Aktifitas jual-beli bunga saat menjelang suronan di Pasar Peterongan Semarang, Sabtu (6/7/2024). Jelang malam pergantian tahun baru Hijriyah, memiliki kisah tersendiri di Indonesia, seperti masyarakat Jawa. Pergantian tahun ini, bagi masyarakat Jawa, dikenal dengan sebutan “Malam Satu Suro”.***
Sakralitas malam 1 Suro, mafhumnya bagi tradisi Jawa, ditandai dengan kegiatan atau ritual-ritual. Seperti salah satunya mensucikan benda-benda pusaka, mandi kembang, atau selametan bubur suro, dan lainnya.Salah satu pembeli bunga Bayu Sulistyo menuturkan, disamping melakukan ritual, malam pergantian tahun baru ini dimanfaatkan masyarakat memanjatkan doa kepada Sang Pencipta. Harapannya, agar sepanjang tahun diberi kemudahan, kelancaran, dan kemakmuran hidup, rezeki, dan tolak balak. Masyarakat memadati penjual kembang atau bunga. Jenis kembang yang diburu masyarakat, di antaranya kembang setaman tujuh rupa, kembang pusaka (telon), kembang ziarah, dan kembang sedap malam. Akan digunakan siraman (mandi). Kembang telon digunakan untuk jamasan pusaka atau memandikan benda-benda pusaka. Kembang ziarah digunakan untuk ziarah ke makam.Sedangkan bunga sedap malam digunakan di dalam rumah atau di tempat adat tertentu.Kembang ini dipasok dari berbagai daerah, salah satunya dari kawasan Bandungan Kabupaten Semarang. Banyaknya pembeli, membuat harga bunga naik dari hari biasanya. Yang semula harga tiap racikan bunga Rp. 8 ribu naik menjadi Rp. 10.000 rupiah.
Simak terus inilahjateng.com untuk mendapatkan informasi baru dan perkembangan beragam berita peristiwa menonjol di Jawa Tengah serta nusantara mulai politik, hukum, kriminal, ekonomi-bisnis, sosial-budaya, olah raga, kesehatan, pendidikan, pariwisata, hiburan (entertainment), hingga kearifan lokal (local wisdom) dan lainnya.