inilahjateng.com(Kabupaten Semarang)- Warga antri mendapatkan air yang berada di petilasan prasasti Ngrawan saat acara tradisi rejeban di Dusun Ngrawan, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jumat (2/2/2024). Tradisi Rejeban ini merupakan tradisi untuk menguri-uri petilasan prasasti Ngrawan dan adat leluhur Warga Desa Ngrawan.***
Warga Desa Ngrawan percaya menyembelih kambing betina bila dikandungannya ada anak kambing itu menandakan masyarakat Dusun Ngrawan mempunyai rezeki yang baik, sedangkan saat sembelih kambing dikandungannya tidak ada anak kambingnya hal itu menandakan rezeki masyarakat Ngrawan sedang sepi dan sedang kurang.Setelah menyembelih kambing dilanjutkan memasak di Prasasti Ngrawan untuk syukuran secara bersama-sama masyarakat baik laki-laki maupun perempuan.Tradisi yang berlangsung dari tahun ke tahun ini memang dianggap sakral oleh Warga Dusun Ngrawan, karena sudah terdapat pesan dari pendahulu agar tidak melupakan tradisi rejeban.Dusun Ngrawan mempunyai petilasan yaitu Prasasti Ngrawan yang merupakan peninggalan kerajaan Majapahit Akhir pada tahun 1372 Saka. Prasasti Ngrawan terletak di kaki Gunung Telomoyo dan digunakan untuk upacara adat yaitu syukuran nyadran batur atau tradisi rejeban dan dilaksanakan setiap setahun sekali tepatnya pada hari Jum’at legi bulan Rejeb (kalender jawa) untuk mendoakan leluhur masyarakat dusun Ngrawan yang dulunya tinggal di dekat petilasan tersebutRangkaian ritual tradisi rejeban diawali dengan kirab budaya dengan membawa beberapa tumpeng yang nanti akan dimakan bersama.Tradisi Rejeban tersebut diadakan secara bersama-sama oleh masyarakat untuk mendoakan roh pelindung desa namanya Kyai Bambang Irawan dan Cikal Bakal Dusun Ngrawan.Warga Dusun Ngrawan menggelar Rajaban, dengan melakukan selamatan, berdoa, dan makan bersama. Tradisi Rajaban ini selain sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat Iman dan Islam, juga untuk nguri-uri adat budaya dan kearifan lokal.
