inilahjateng.com (Semarang) – Warga bergotong royong menguras air saat tradisi Sadranan di Sendang Pucung Gede, Kawasan Pudak Payung Semarang, Jumat (15/2/2025). Tradisi turun-temurun menguras serta membersihkan mata air tersebut dilakukan setiap tahun pada Jumat Pahing berdasarkan penanggalan Jawa sebagai simbol pembersihan diri sebelum menyambut bulan suci Ramadhan sekaligus melestarikan budaya leluhur.***
Tradisi diawali dengan kirab budaya menuju sendang (mata air). Kirab yang diikuti anak-anak, remaja hingga orang tua ini digelar untuk kali pertama dalam tradisi turun temurun dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan.Tradisi sadranan sendang sebagai rasa ungkapan rasa syukur. Karena selama ini Sedang Gede Pucung menjadi sumber kehidupan warga setempat.Warga membawa ayam jago untuk penyembelihan dan terkumpul sebanyak 135 ekor ayam jago.Usai kirab kemudian warga saling siram untuk membersihkan sendanggede. Tradisi ini juga menjadi sarana melestarikan budaya gotong royong sekaligus untuk menjaga keharmonisan dalam bermasyarakat. Sebagian warga menyembelih ayam kemudian memasaknya dengan cara dibakar. Tak heran jika hingga saat ini, nyadran menjadi salah satu tradisi yang masih dianggap penting bagi masyarakat Jawa.Ayam dibakar dan dibumbui untuk dinikmati para warga setelah doa bersama.Setelah dibakar, ayam dibagi-bagikan kepada warga dan pengunjung yang datang menyaksikan prosesi Sadranan Sendanggede Semarang.Tradisi Sadranan Sendang Gede Pucung di Kelurahan Pundakpayung Semarang tersebut, rutin dilaksanakan dua pekan menjelang bulan Ramadan.Kegembiraan warga saat saling mengolesi tubuh dengan lumpur sebelum memulai pembersihan mata air.Kegiatan tradisi Sadranan Sendang Gede Pucung Semarang sebagai tradisi untuk menyambut bulan Ramadan ini terus dijaga dan dilestarikan oleh warga.Tradisi ini juga menjadi sarana melestarikan budaya gotong royong sekaligus untuk menjaga keharmonisan dalam bermasyarakat. Tak heran jika hingga saat ini, nyadran menjadi salah satu tradisi yang masih dianggap penting bagi masyarakat Jawa.Warga menggelar sadranan (nyadran) yang bertujuan untuk menyongsong bulan ramadan ini, kemudian menata diri, ikhlas dan gembira. Semua itu terkandung semua dalam tradisi nyadran di Sendang Gede Pucung Semarang.Tradisi yang telah dijalankan oleh para leluhur ini menurut sejarah merupakan akulturasi budaya Jawa dengan Islam.Rombongan ibu-ibu menyiapkan beragam makanan untuk disantap bersama seusai berdoa bersama. Tradisi rutin ini menjadi ruang bertemu dan berinteraksi antarwarga.Bersih-bersih mata air ini juga menjadi bagian dari upaya menjaga alam di lingkungan sekitar. Tradisi ini juga diharapkan bisa merekatkan tali silaturahmi sesama masyarakat Kelurahan Pundakpayung Semarang.Warga berendam bersama dan menangkap ikan saat pembersihan mata air di Sendanggede Semarang. Tradisi ini dimaknai sebagai masa untuk membersihkan diri.Kepulan asap terlihat saat warga mengolah ayam ingkung dan membersihkan mata air di Sendanggede Semarang.
Simak terus inilahjateng.com untuk mendapatkan informasi baru dan perkembangan beragam berita peristiwa menonjol di Jawa Tengah serta nusantara mulai politik, hukum, kriminal, ekonomi-bisnis, sosial-budaya, olah raga, kesehatan, pendidikan, pariwisata, hiburan (entertainment), hingga kearifan lokal (local wisdom) dan lainnya.