inilahjateng.com (Temanggung) – Sejumlah warga mengusung gunungan saat kirab Grebeg Suro Paseban Malowopati di Desa Bojonegoro, Kedu, Kabupaten Temanggung, Jumat (19/7/2024). Tradisi yang dilaksanakan setiap tanggal 12 Suro penanggalan Jawa tersebut dipercaya oleh sebagai warga dapat mendatangkan berkah jika mendapat bagian dari gunungan dan sesaji yang diperebutkan pada acara tersebut.
Setibanya di depan makam, gunungan dikumpulkan lalu salah seorang sesepuh memulai ritual doa. Setelah itu gunungan hasil bumi itu di bagikan pada warga yang ingin ngalap berkah, atau meminta berkah dari Allah dengan saling berebut gunungan tumpeng. Upacara Sesaji Petilasan ini dilakukan oleh penduduk dengan cara sederhana saja,yaitu dengan cara membersihkan makam lalu berdoa bersama. Sejak tahun 2007 acara Sesaji Petilasan ini diwarnai dengan acara kirab hasil bumi penduduk setempat.Upacara nyekar atau nyadran tahunan penduduk setempat di salah satu makam yang di yakini sebagai makam raja Angling Dharma. Sedangkan Angling Dharma sendiri adalah Seorang Raja besar yang pernah memimpin kerajaan MalawapatiSebelum acara Ngalap Berkah, Grebeg diadakan santunan untuk anak yatim piatu yang berada di desa tersebut. Puluhan anak yatim piatu mendapatkan santunan dari kepala desa dan Komjen Pol Rudy Heriyanto Adi Nugroho, beserta istri.Acara yang dipusatkan pada Makam Paseban Agung Malawapati. Gunungan hasil bumi milik penduduk dikirab dari halaman balai desa berkeliling desa dan berakhir di depan makam.Rangkaian acara Grebeg Suro Malawapati diisi juga dengan tabligh akbar oleh Gus Muwafiq kemudian dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk dibawakan oleh Dalang Ki Gunawan dari Purworejo dengan membawakan judul Gatotkaca Wisuda. Tumpeng dipersiapkan sejak beberapa hari sebelum pelaksanaan kirab. Setiap warga secara swadaya menyediakan bahan-bahan dan bergotong royong membuat tumpeng. Besarnya tumpeng yang dibuat, bisa mencapai 2 meter, bahkan untuk membawanya harus digotong lebih dari 10 orang.
Peserta Grebeg Suro Paseban Malowopati berasal dari setiap RT warga setempat dan dihadiri ribuan masyarakat dari berbagi penjuru kabupaten temanggung, bahkan luar kota. Setiap kelompok peserta membuat tumpeng-tumpeng raksasa atau gunungan yang terbuat dari hasil bumi Desa Bojonegoro.
Grebeg Suro sebagai bentuk syukur diperingati saat Bulan Muharam. Kegiatan ini merupakan bentuk silaturahmi antar masyarakat dan pelestarian budaya leluhur. Ini merupakan salah satu event budaya yang dapat menumbuhkan kecintaan terhadap budaya khususnya budaya jawa, serta sikap saling menghargai sesama
Simak terus inilahjateng.com untuk mendapatkan informasi baru dan perkembangan beragam berita peristiwa menonjol di Jawa Tengah serta nusantara mulai politik, hukum, kriminal, ekonomi-bisnis, sosial-budaya, olah raga, kesehatan, pendidikan, pariwisata, hiburan (entertainment), hingga kearifan lokal (local wisdom) dan lainnya.