Jateng

Gunungan Hasil Bumi Merti Desa Jadi Rebutan Warga Boja

inilahjateng.com (Kendal) – Ratusan warga desa Boja kecamatan Boja saling dorong dan berebut gunungan hasil bumi dalam kirab budaya merti desa dan tradisi syawalan, Selasa (16/04/2024) sore.

Gunungan hasil bumi berupa sayuran dan buah-buahan ini sebagai wujud syukur warga Boja atas berkah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Tradisi ini digelar setiap tahun disaat syawalan.

“Ini tradisi setiap tahun saat merti desa dan tradisi syawalan. Gunungan hasil bumi yang dikirab itu nantinya direbutin warga,” kata warga desa Boja, Eni.

Gunungan diarak keliling desa sejauh kurang lebih 5 kilometer yang diiringi pasukan pengawal Nyi Pandansari atau Nyai Dapu. 

“Kirabnya keliling desa Boja yang jaraknya sekitar 5 kilometer,” jelasnya. 

Ratusan warga Boja sudah menunggu kedatangan rombongan kirab disekitar depan komplek makam Sedapu sejak pukul 13.00 WIB. 

“Saya sama teman-teman sudah nunggu disini sejak jam 13.00 WIB. Nunggu dekat area makam Nyai Dapu kan kirabmya lewat sini,” terangnya.

Baca Juga  Warga Terdampak Rob Tertangani Speling Pemprov Jateng

Warga baik muda maupun tua saling dorong dan rela berdesakan untuk bisa mendapatkan hasil bumi yang diarak dalam tradisi syawalan dan Merti Desa Boja.

Warga hanya ingin mendapatkan berkah dari gunungan hasil bumi yang menggambarkan kemakmuran dan kesejahteraan. 

“Kalau tidak rebutan ya tidak dapat kebetulan saya ini dapat buah salak dan jeruk. Ini bisa jadi barokah buat saya biar rejekinya lancar,” tambahnya.

Pihak penyelenggara kewalahan untuk mencegah warga tidak berebut gunungan hasil bumi ini sebelum prosesi syawalan selesai.

Namun warga yang sudah menunggu lama seakan tidak sabar dan berebut sayuran serta buah-buahan yang ada di gunungan tersebut.

Menurut Kades Boja, Rofik Anwar, mengatakan kirab budaya Nyi Pandansari atau Nyai Dapu sebagai bentuk penghormatan  kepada Nyi Pandansari yang merupakan tokoh penyebar agama Islam di wilayah Boja. 

Baca Juga  Pemprov Jateng “Keroyok” Penanganan Rob Sayung Demak

“Tradisi ini tentunya bentuk penghargaan dan penghormatan kepada Nyi Pandansari yang merupakan tokoh penyebar agama Islam di wilayah Boja,” kata Rofik Anwar, Kades Boja.

Kades Boja menjelaskan makna dari kirab gunungan hasil bumi ini sebagai bentuk semangat warga untuk saling bergotong royong dan sebagai bentuk ucapan syukur warga desa Boja kepada Tuhan yang Maha Kuasa. 

“Gunungan hasil bumi ini sebagai bentuk semangat warga untuk saling bergotong royong dan sebagai bentuk ucapan syukur warga desa Boja kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Jadi diwujudkan dengan gunungan hasil bumi,” jelasnya.

Rofik menambahkan kirab ini sebagai bentuk tradisi tahunan merti desa dan syawalan. 

Dan berharap hasil sawah dan kebun menjadi melimpah.

“Ini sudah menjadi tradisi tahunan desa kami saat syawalan, jadi acaranya bersamaan. Kami berharap dengan tradisi merti desa ini, hasil sawah dan kebun kami mejadi melimpah,” tambahnya.

Baca Juga  Belasan Ribu Ikan di Sayung Demak Mati Mendadak

Sedangkan Camat Boja, Sunarto, mengatakan gunungan hasil bumi sebagai rasa syukur warga atas limpahan berkah yang selama ini diberikan dari sang pencipta.

“Ini sebagai bentuk syukur warga atas limpahan rejeki dan sekaligus memperingati acara syawalan,” kata Camat Boja, Sunarto. 

Sunarto berharap acara untuk melestarikan budaya tidak hanya dilakukan ditingkat desa atau kecamatan saja tetapi juga hingga tingkat kabupaten. 

“Harapan kami tentunya acara seperti ini tidak hanya dilakukan ditingkat desa atau kecamatan saja tetapi juga hingga tingkat kabupaten,” tambahnya.

Selain kirab Nyai Dapu, dengan mengganti luwur dan gelar tahlil di makam Nyi Dapu.

Tradisi syawalan di Boja ini merupakan agenda tahunan dan menjadi wisata religi warga Kendal dan sekitarnya. (REN)

Back to top button