KesehatanJateng

Hari Cuci Tangan Pakai Sabun, Ketua PKK Jateng Berharap Jadi Budaya

inilahjateng.com (Semarang) – Dalam memperingati Hari Cuci Tangan Pakai Sabun, Penjabat Ketua TP PKK Jateng, Shinta Nana Sudjana ajak siswa-siswi difabel Kota Semarang, gerakan cuci tangan dapat membudaya.

Pada kesempatan tersebut Shinta mengatakan, meski dalam keterbatasan, anak-anak tetap semangat dan mau menjaga pola hidup sehat dengan cuci tangan. 

Shinta menyampaikan, secara klinis Cuci Tangan Pakai Sabun dapat mengeliminasi berbagai bakteri maupun virus, yang menyebabkan penyakit, seperti diare, cacingan, infeksi saluran pernapasan akut sampai Covid-19. 

“Dengan gerakan Cuci Tangan Pakai Sabun di sekolah yang menjadi kebiasaan, harapannya di rumah juga diterapkan,” ujarnya di Semarang, Jumat (20/10/2023).

Selain itu, ia juga mendorong agar kesadaran mencuci tangan dapat membudaya.

Baca Juga  Dies Natalis USM, Prof Mahfud: Posisi USM Saat Ini Sangat Baik

Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik, jumlah rumah tangga yang mempunyai sarana Cuci Tangan Pakai Sabun semakin meningkat.

Pada 2020 angkanya mencapai 84,42 persen, 2021 sebesar 85,81 persen dan 2022 meningkat jadi 86,65 persen.

“Harapannya, kegiatan peringatan Cuci Tangan Pakai Sabun yang diadakan setiap tahuni ini, tidak hanya seremonial tapi jadi kebiasaan,” katanya.

Shinta mengajak, cuci tangan dijadikan budaya, sehingga dapat mengurangi kuman maupun terhindar dari penyakit.

“Budayakan enam langkah cuci tangan pakai sabun, agar terhindar dari penyakit. Yuk, jangan lupa cuci tangan pakai sabun, agar kuman-kuman kabur,” pungkas Shinta

Michael, salah satu siswa difabel, Cuci Tangan Pakai Sabun bukan gerakan yang asing. Sejak pandemi Covid-19 gerakan itu sudah mereka hapal di luar kepala.

Baca Juga  30 Persen Sampah di Salatiga Berupa Plastik, Ini Permintaan Wali Kota

Bahkan kegiatan itu dilakukan berulang-ulang sebelum dan sesudah melakukan aktivitas apapun. 

“Dulu pas Covid sering sekali, sebelum kegiatan pasti cuci tangan. Sekarang berkurang, bisa dihitung kalau sekarang. Tapi kami masih tetap cuci tangan,” ujar Michael, siswa kelas 8 SLBN Semarang.

Hal serupa diungkapkan Lutfhi. Meskipun penglihatannya terganggu, siswa kelas 5 itu mengaku tetap cuci tangan. 

“Gunanya ya untuk menghilangkan bakteri dan kuman-kuman. Makannya sering cuci tangan pakai sabun,” urainya. (AHP) 

Back to top button