Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Eko Listiyanto mengingatkan, komitmen investasi dari investor Uni Emirat Arab senilai US$44,6 miliar, bisa saja melintir realisasinya.
“Menurut saya, meleset tidaknya realisasi dari komitmen investasi tersebut, tergantung keseriusan dan kesiapan pemerintah Indonesia. Bagaimana pemerintah segera menindaklanjuti komitmen awal tersebut dengan proaktif mendorong investor UEA segera merealisasikannya,” terang Eko kepada Inilah.com, Jakarta, Senin (8/11/2021).
Kata Eko, pemerintah Indonesia mengejar investasi dari Timur Tengah, lebih ke arah besarnya sumber likuiditas. Atau dana yang mereka miliki. “Kalau dana besar mengalir dari Timur Tengah ke Indonesia, maka proyek-proyek akan lebih lancar dilaksanakan,” ungkapnya.
Sedangkan terkait transfer teknologi dari Timur Tengah, menurutnya, bukan menjadi concern pemerintah. Sehingga kalau pemerintah Indonesia membidik aspek transfer teknologi, maka perlu dirumuskan secara detil sasaran teknologi apa dan sejauh mana transfer teknologi dapat dilakukan.
“Saran saya terkait invetasi UEA ini, jika nanti terealisasi setidaknya perlu didorong ke arah pemanfaatan sumber daya domestik. Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) digenjot. Sehingga, investasi ini bisa dirasakan bersama,” papar Eko.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia menyatakan siap menyambut komitmen investasi UEA. Ada tiga poin penting dalam catatannya, yaitu investasi energi terbarukan, investasi membangun industri yang berbasis pengelolaan lingkungan yang baik, dan investasi dengan kolaborasi yang baik.
“Dalam rangka melakukan respons cepat untuk mewujudkan konsep investasi bersama antara Indonesia dan UEA, kami telah diperintahkan mengurus seluruh hal terkait perizinan dan fasilitasi lain yang dibutuhkan investor UEA di Indonesia. Di bawah pimpinan Presiden serta Menko Kemaritiman dan Investasi, kami akan melakukan percepatan-percepatan untuk mewujudkan visi besar kedua negara,” kata Menteri Bahlil, beberapa waktu lalu.
Menteri Bahlil turut mendampingi Presiden Jokowi saat berburu investasi dalam Forum Bisnis Indonesia-Uni Emirat Arab (UEA) di Dubai, UEA, Kamis lalu (4/11/2021). Pertemuan bisnis itu dihadiri sembilan perusahaan UEA yang berminat investasi ke Indonesia, baik investasi baru maupun perluasan.
Beberapa perusahaan yang hadir menyampaikan komitmennya untuk menanamkan modal di Indonesia menambahkan perjanjian B to B (business-to-business) yang sudah dipertukarkan di depan pimpinan kedua negara. Sejumlah investor yang tertarik adalah Al Dahra Group (produk turunan susu), Yas Holding (agrikultur), Emirates Global Alumunium (smelter alumunium), Damac Properties (properti), dan AMEA Power (energi terbarukan).
Secara total, komitmen investasi selama kunjungan di UEA mencapai US$44,6 miliar atau setara Rp624,4 triliun (kurs Rp14.000/US$). Angka ini termasuk investasi dari Nota Kesepahaman (MoU) antara Kementerian Investasi/BKPM dengan Air Products dari AS, senilai US$15 miliar.