Hukum & Kriminal

Iwan Boedi dan Bapenda Kota Semarang

Menanti Keadilan Iwan Boedi

inilahjateng.com (Semarang) – Malam itu, di dalam hening Gereja St. Maria Fatima, suara lirih Onee Anggrawati pecah di antara gemuruh doa Misa Arwah 1.000 hari.

Tangisnya menggema, bukan hanya karena kehilangan, tapi karena sebuah luka yang tak pernah sembuh—keadilan atas kematian tragis sang suami, Paulus Iwan Boedi Prasetyo, yang tak kunjung tiba.

Tiga tahun telah berlalu sejak Iwan, seorang aparatur sipil negara (ASN) di Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Semarang, ditemukan tewas secara mengenaskan.

Tubuhnya terbakar dan dimutilasi di semak-semak dekat Pantai Marina, tak lama setelah dijadwalkan menjadi saksi dalam kasus dugaan korupsi hibah tanah Pemkot Semarang tahun 2010.

Namun sampai hari ini, kasusnya membeku. Pelaku tak kunjung tertangkap, dan motif di balik pembunuhan sadis itu terus diselimuti kabut.

Onee tak berhenti berjuang. “Tuhan, saya harus bagaimana?” lirihnya, dalam peringatan yang lebih dari sekadar ritual keagamaan.

Ini adalah jeritan batin, yang tak ingin hanya berakhir di dinding gereja.

Baca Juga  Kerabat Artis FTV di Kendari Ditemukan Tewas Bersimbah Darah

Saksi yang Dibungkam

Iwan bukan tersangka. Ia hanya saksi. Namun keberaniannya bersuara dalam perkara korupsi—yang belakangan menyeret nama-nama besar—berakhir dengan kematian.

Berdasarkan keterangan kuasa hukum keluarga, Yunantyo Adi Setiawan, Iwan pernah menunjukkan kejanggalan dalam kasus yang ditangani penyidik.

Ia menyebut anggaran yang dipermasalahkan belum digunakan dan masih tercatat sebagai SILPA. Artinya, tak ada kerugian negara.

Namun, justru dari sinilah ketakutan diduga muncul.

“Kemungkinan ada pihak yang paranoid. Takut Pak Iwan membuka borok yang lebih besar, lalu dimatikan saja,” kata Yunantyo.

Yang membuatnya makin mencurigakan, sebelum menghilang pada 24 Agustus 2022, Iwan meninggalkan semua barang pribadi, hanya membawa KTP.

HP-nya dipalsukan lokasinya, dan tubuhnya ditemukan dalam keadaan hangus, seolah pelaku benar-benar ingin menghapus jejak.

“Ini bukan pembunuhan spontan. Ini eksekusi terencana oleh pelaku profesional, Negara gagal total melindungi saksi,” ujar Yunanto.

Suasana persidangan mantan Wali Kota Semarang Mbak Ita.

Bayang-bayang Korupsi dan Nama Besar

Perjuangan keluarga Iwan kian relevan ketika fakta-fakta mencuat dalam persidangan kasus korupsi yang menjerat mantan Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu.

Baca Juga  Seorang Cucu di Bangkalan Aniaya Neneknya hingga Tewas, Ini Penyebabnya

Dalam kesaksian di persidangan, Kepala Bapenda Kota Semarang Indriyasari blak-blakan menyebut bahwa dana “bancakan” yang dikumpulkan dari Bapenda, mengalir ke sejumlah pejabat.

Indriyasari bahkan menyebutkan nama Hevearita sebagai salah satu penerima. Hevearita membela diri dengan menyatakan hanya meneruskan tradisi dari wali kota sebelumnya.

Pernyataan ini menjadi sangat penting karena menguatkan dugaan jika Bapenda telah lama menjadi pusat transaksi gelap.

“Pak Iwan bersih, tidak mau kompromi. Mungkin itu sebabnya dia dianggap ancaman,” ucap Onee sambil menatap foto suaminya yang dibingkai doa dan kesedihan.

Dosa Negara dan Desakan Keadilan

Kuasa hukum keluarga dengan tegas menyatakan bahwa pembunuhan Iwan adalah bentuk pelanggaran HAM berat.

Negara, kata Yunantyo, telah gagal total melindungi warganya yang memilih berdiri di sisi kebenaran.

“Kita tidak sedang bicara kriminal biasa. Ini kejahatan terhadap kemanusiaan. Seorang saksi dibungkam secara brutal, dan negara diam. Kami mendesak Polda Jateng, Kapolrestabes Semarang, bahkan Kapolri untuk turun tangan. Jangan biarkan kejahatan ini terkubur dalam sunyi,” tegasnya.

Baca Juga  Polisi Lakukan Klarifikasi Kasus Dugaan Pelecehan di Dinkes Solo

Suara dari Gereja, Gaung dari Nurani

Bagi Onee, peringatan seribu hari ini bukan hanya pengingat waktu, tapi simbol harapan yang belum padam.

Ia memilih untuk terus bersuara, bukan karena dendam, tapi demi masa depan yang lebih adil bagi semua yang berani berkata jujur.

“Kepada aparat, bekerjalah. Tuhan akan menuntun. Saya sudah ikhlas, tapi saya tak akan berhenti berharap. Saya ingin anak-anak saya tahu, bahwa ayah mereka bukan mati sia-sia,” ujar Onee dengan mata basah.

Kasus Iwan Boedi adalah cermin gelap dari sistem yang rapuh. Saat saksi dibungkam, saat korupsi dilindungi, maka negara kehilangan hak moral untuk bicara soal keadilan.

Dan malam itu, di altar gereja, bukan hanya air mata yang mengalir. Tapi juga doa agar kebenaran akhirnya menang. (RED)

Back to top button