
inilahjateng.com (Semarang) – PDAM Tirta Moedal Kota Semarang menggelar sholat Istisqa di halaman kantor PDAM, Jalan Kelud Raya, Senin (16/10/2023).
Hal ini menjadi salah satu upaya PDAM agar hujan bisa segera turun di Kota Semarang dan ketersediaan air baku bisa tetap terjaga.
Direktur Umum PDAM Tirta Moedal, Farhan Hilmie mengatakan, PDAM sengaja melakukan solat Istisqa sebagai bentuk ikhtiar untuk meminta kepada Tuhan agar segera diturunkan hujan. Pasalnya, musim kemarau dampak dari El Nino kali ini memiliki suhu panas yang cukup sehingga sehingga berpengaruh pada cepatnya penurunan debut air.
“2017 hampir sama dengan 8ni. Kamu sama melakukan salar istisqo. 2017 menurut saya jauh lebih ekstrim. Cuma, memang suhunya tifak sepanas kali ini. Suhu panas sehingga memprcepat penurunan debit air,” kata Farhan usai solat Istisqa.
Meski demikian, Farhan memastikan PDAM akan terus menjaga ketersediaan stok air baku guna melayani warga Kota Semarang. Bahkan ketersediaan air baku diperkirakan akan cukup hingga Desember.
“Ini selalu kami upayakan mudah-mudahan bisa kita jaga sampai Desember nanti. Kami berharap hujan segera turun sebelum Desember,” tuturnya.
Saat ini, lanjut Farhan, produksi air bersih yang bersumber dari sumur artetis memang mengalami penurunan rata-rata 20-25 persen. Penurunan ini memang disebutnya tidak terlalu drastis, namun pihaknya tetap berupaya memberikan pemenuhan air bersih bagi warga.
Sementara produksi yang bersumber dari air permukaan masih stabil dan tidak mengalami penurunan. Saat ini, poduksi air bersih PDAM masih sekitar 3.500 liter per detik di seluruh instalasi pengolahan air (IPA) milik PDAM.
Sementara itu, sumber air di Kudu memang harus berbagai dengan daerah main seperti Purwodadi dan Demak. Hal ini karena air baku IPA di Kudu bersumber dari Waduk Klambu, Purwodadi.
Sebelum sampai ke IPA Kudu, air melewati saluran terbuka yang tidak hanya mengaliri Semarang namun juga sawah-sawah di sepanjang perjalanan. Guna menjaga ketersediaan air baku dari Klambu, pihaknya membentuk tim sweeping untuk mengawal perjalanan air.
“Perjalanan air Klambu – Kudu 42 jam. Kami harus berbagi dengan petani,” tandasnya. (LDY)