
inilahjateng.com (Sragen) – Kematian Harsini (56) warga Dukuh Kalikunci, RT 17, Desa Dawung, Kecamatan Sambirejo, menjadi kasus pertama dugaan keracunan makanan di Kabupaten Sragen.
Meski kasus pertama, Dinas Kesehatan (Dinkes) belum menyatakan kasus ini berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB).
Kepala Dinkes Sragen Udayanti Proborini mengatakan belum bisa menyampaikan status KLB karena masih melakukan penyelidikan epidemiologi.
Udayanti mengatakan memang ada beberapa kasus keracunan makanan di Sragen, namun baru ini sampai meninggal dunia.
“Selama saya di dinas kesehatan, ini baru yang pertama (meninggal). Selama ini, nggak sampai yang kejadian meninggal.”
“Makanya betul-betul dibutuhkan pengawasan yang lebih komprehensif lagi dan bekerja sama dengan lintas sektor,” kata Udayanti sapaan akrabnya, Kamis (5/9/2024).
Udayanti menduga korban keracunan yang meninggal itu kemungkinan besar ada penyakit penyerta atau komorbid yang diderita korban sebelumnya.
Dia menyampaikan Dinkes dari sisi kesehatan terus memantau dan mengawasi secara intensif perkembangan kesehatan para korban dugaan keracunan.
Sejauh ini ada 26 orang yang dirawat di Puskesmas Sambirejo, Pukesmas Gondang, dan RSI Amal Sehat Sragen. Rawat jalan tiga orang dan meninggal satu orang.
Udayanti mengatakan pihaknya melakukan pemantauan dua jam sekali. Selain itu juga dilakukan observasi di lingkungan sekitar, yang mungkin belum terlacak.
“Walaupun dari bidan desa semuanya sudah door to door. Dan kalau dengan rumah sakit masih melakukan pelacakan kasus kematian pasien ini. Apakah meninggal karena keracunan, atau kemungkinan ada komorbid kita masih memastikan,” kata dia.
Kadinkes sendiri meninjau langsung ke Desa Dawung bersama Sekretaris Daerah (Sekda) Sragen Hargiyanto didampingi Asisten III Sekretariat Daerah (Setda) Sragen Muh. Yulianto.
Mereka melihat situasi dan perkembangan kondisi warga yang menjadi korban dalam kasus dugaan keracunan makanan, nasi gudangan, dari hajatan selapanan bayi warga setempat.
Mencegah hal serupa terjadi, pihaknya gencarkan edukasi ke masyarakat untuk Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) betul-betul dilaksanakan.
“Orang mau masak dicuci dulu, orang mau makan cuci tangan, mengola makanan juga harus dengan mengolah yang benar, cara penyimpanan yang benar.”
“Sehingga harapan kami, ketika itu persiapan diolah, sampai diolah, sampai disajikan dimakanpun semua dalam kondisi aman dan sehat,” terang dia.
Pihaknya juga meminta kepada puskesmas untuk melakukan penyuluhan atau edukasi kepada msayarakat, lebih luas lagi, tidak hanya dilokasi keracunan.
Untuk hasil lab makanan dari hajatan, pihaknya juga masih menunggu hasil. (mpm)