Jateng

KemenP2MI Siap Salurkan Calon Pelaut ke Luar Negeri

inilahjateng.com (Semarang) – Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KemenP2MI) memiliki kewajiban untuk ikut mengelola awak kapal baik niaga maupun perikanan.

Hal ini disampaikan Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Karding usai memberikan kuliah umum bagi ratusan mahasiswa Universitas Maritim AMNI (Unimar AMNI) di Semarang, Kamis (26/6/2025) sore.

Menteri Karding melihat lebih dekat sistem vokasi atau kurikulum di Unimar AMNI.

Pasalnya di KemenP2MI juga memiliki kewajiban untuk ikut mengelola awak kapal baik niaga maupun perikanan.

Karding melihat Unimar AMBI sudah memiliki sistem kurikulum yang baik.

Bahkan kampus yang terletak di Jalan Soekarno Hatta ini sudah memiliki sertifikasi dan sudah diakui beberapa negara lain dengan memiliki standar IMO (Internasional Maritime Organization).

Baca Juga  Belasan Ribu Ikan di Sayung Demak Mati Mendadak

“Secara mental mereka sudah siap, pendidikan bahasa Inggris bagus. Saya minta tim Dirjen untuk segera ada MOU dan PKS dengan AMNI supaya potensi ini kita salurkan ke luar negeri,” kata Karding.

Ia juga menyebut, saat kuliah umum berlangsung ia melihat banyak mahasiswa yang nantinya setelah lulus ingin bekerja di luar negeri.

Apalagi, bekerja di luar negeri memiliki banyak keunggulan. Pertama, memiliki gaji yang besar dengan standar internasional.

Bahkan gaji terendah sebagai pelaut mencapai Rp11,2 juta atau setara empat bulan bekerja di Semarang dengan gaji UMR Semarang.

“Kalau bekerja di luar negeri dia dapat pengalaman dan ilmu baru, dia mengadaptasi cara kerja profesional negara lain seperti Eropa, dia membangun jaringan dan melatih mental dna kepemimpinan disana, ini manfaatnya,” bebernya.

Baca Juga  Menteri Imigrasi Dorong Pelayanan Lebih Prima di Kantor Baru Imigrasi Semarang

Sementara itu Rektor Unimar AMNI, Johannes Hutabarat mengatakan di Unimar AMINI para mahasiswa tak hanya dibekali ilmu akademik saja.

Namun mereka juga dibekali cara mengenal karakter dan ilmu disiplin.

“Pendidikan kita disini dibekali dengan aktivitas akademik, aktivitas meningkatkan kedisiplinan, mental health sehingga seolah pendidikan di sini semi militer tapi sebenarnya disiplin tinggi karena sebagai pelaut mereka harus memutuskan sendiri,” terang Johanes. (LDY)

Back to top button