Ketapel Buatan Warga Salatiga Tembus Pasar Mancanegara

inilahjateng.com (Salatiga) – Yohanes Dwi Wibowo (37) warga Jalan Kenanga Sari Butuh Kelurahan Kutowinangun Lor Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Jawa Tengah tidak pernah menyangka ketapel buatannya bisa menembus pasar luar negeri.Â
Saat ini ketapel buatan tangan Yohanes telah diekspor sampai ke Inggris, Amerika, dan Malaysia.
Dari kegiatan membuat ketapel semula hanya iseng itu dia bisa meraup cuan jutaan rupiah dari berjualan ketapel.
“Saya itu mulai membuat ketapel sejak tahun 2016. Berawal dari iseng-iseng mengenang masa kecil dengan membuat ketapel. Mungkin, karena katapelnya dinilai punya karakteristik dan terasa personal sesuai pegangan karena dibuat secara manual banyak yang beli,” terangnya kepada inilahjateng.com, saat ditemui di lokasi Workshop Yo Slingshoot, Rabu (8/11/2023).
Yohanes bercerita, ketapel buatannya mayoritas dibeli oleh para penghobi dan atlet ketapel. Mereka kata dia, suka membeli ketapel karyanya karena proses pembuatannya masih secara manual.
Dia melanjutkan, selama ini ketapel yang dibuat hanya melayani pesanan dengan menggunakan bahan utama kayu nusantara yang bertuah. Hal itu dipilih sekaligus untuk menaikkan pamor kayu khas Indonesia.Â
“Indonesia ini kan kaya dengan kayu, jenis apa saja ada. Karena itu saya khusus membuat dengan kayu yang ada di Indonesia, seperti gaharu, stigi, dan cendana,” katanya.
Satu buah ketapel, karya Yohanes, dipatok harga mulai dari Rp 250 ribu sampai Rp 6 juta.
Harga tersebut, menyesuaikan dalam dengan tingkat kesulitan saat produksi dan bahan yang diminta oleh pembeli.
Yohanes mengaku, untuk membuat katapel itu penyelesainnya tidak tentu. Terkadang bisa dua jam selesai, tapi ada juga yang enam bulan belum tuntas.
“Apalagi kalau pembeli banyak permintaan, seperti minta jenis kayu khusus, warna kayu tua, dan lainnya,” ujarnyaÂ
Permintaan pembeli katapel, biasanya memerhatikan lebar frame, panjang dan lebar tip, serta ukuran karet pelontar.
Selain itu, pegangan disesuaikan, pemain pakai tangan kanan atau kiri, bentuknya juga harus pas dengan hal tersebut.
Yohanes mengungkapkan, turnamen katapel saat ini mulai banyak penggemar di berbagai daerah.
Antusias juga semakin meningkat. Meski begitu, olahraga ini tetap harus terus disosialisasikan oleh para pegiatnya.
“Sebagai olahraga, memang antusias masyarakat sangat baik, meski tetap perlu disosialisasikan. Pegiatnya juga dari berbagai kalangan, karena olahraga ini mudah, murah, dan siapa saja bisa dimainkan,” jelasnya.Â
Di Indonesia, turnamen katapel biasanya dimainkan dalam berbagai katagori. Seperti jarak 10 meter dan 15 meter.Â
“Untuk kategorinya ada pelajar, dewasa, dan anak. Lalu yang kelas papper target, multi spinner, dan kaleng dengan setiap peserta dibekali lima peluru atau gotri khusus,” kata Yohanes.Â
Menurutnya, katapel ini adalah layaknya senjata. Sebab memiliki resiko yang tinggi, sehingga dalam memainkannya perlu hati-hati. Selain itu juga harus ada jarak antara pemain dengan penonton.Â
“Penonton minimal jarak tiga meter untuk posisi samping, sementara depan belakang sasaran harus clear. Pengambilan peluru atau gotri juga wajib berhati-hati,” ungkapnya.Â
Diakuinya, olahraga ketapel ini bisa membuat orang ketagihan dalam sekali mencoba.
Sebab olahraga ini selain murah meriah, juga bisa digunakan sebagai sarana olahraga untuk rekreasi.
“Kalau sekali mencoba, pasti ketagihan. Karena itu kami dari pegiat olahraga katapel ini terus melakukan sosialisasi dan kampanye, agar peminatnya bertambah,” tandas Yohanes. (RIS)