Nasional

Kisruh Soal Study Tour, Begini Langkah Kemenpar

inilahjateng.com (Jakarta) – Deputi Bidang Industri dan Investasi Kementerian Parawisata, Rizky Handayani menyebut pihaknya akan membuat pedoman tentang penyelenggaran kegiatan edukasi parawisata untuk sekolah.

Nantinya, pedoman itu akan dijadikan Keputusan Menteri (Kepmen) maupun Peraturan Menteri (Permen).

Pembuatan pedoman itu merespons adanya pelarangan study tour sekolah di sejumlah daerah di Indonesia.

Ia mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) untuk membuat pedoman tersebut.

“Karena kan ada aspek edukasinya tentunya dari mereka, kita, dan juga nanti perlibatan dari pemerintahan. Jadi saya ingin pedoman ini memang bisa bergantung di nasional,” kata Risky di kantor Kementerian Parawisata, Jakarta Pusat, Rabu (14/5/2025).

Baca Juga  Kapolri Resmikan Dapur SPPG di Solo

Menurutnya, pedoman tersebut ditargekan selesai pada September 2025.

Setelah itu baru akan dirumuskan menjadi Kepmen maupun Permen.

“Kalau pedoman itu kan pedomannya ada dulu, tapi kita Kepmen atau Permen kan ini menjadi lebih secara regulasi,” ucapnya.

Sebelumnya, Koordinator Perhimpunan Pendidikan dan Guru atau P2G Satriawan Salim menyebut pihaknya menolak larangan study tour bagi siswa sekolah.

Hal itu merepons sejumlah pemerintah daerah (Pemda) yang melarang kegiatan study tour sekolah.

Ia meminta aturan pelarangan ini diperjelas.

Menurutnya, ada dua jenis kegiatan yang biasa dilakukan oleh sekolah, yakni study tanpa tour dan tour tanpa study.

“Yang mau dilarang yang mana? Harus jelas dulu,” kata Satriawan dalam diskusi bertajuk “Mencari Titik Temu Antara Study Tour dan Masa Depan Parawisata di kantor Kementerian Parawisata, Jakarta Pusat, Rabu (14/5/2025).

Baca Juga  Korlantas Polri Resmi Berlakukan e-BPKB, Ini Manfaat dan Keunggulannya

Ia menegaskan dua hal itu merupakan sesuatu yang berbeda.

Menurutnya, jika study tanpa tour atau pembelajaran di luar ruangan memiliki teori tersendiri yang sudah diterapkan di beberapa negara di Asia hingga Eropa.

“Jadi secara akademis itu basisnya jelas secara beda, beda akademis. Apa namanya tadi? Outdoor learning itu. Kenapa ada pembelajaran luar ruangan? Karena banyak riset menunjukkan di jurnal-jurnal, pembelajaran di kelas itu membosankan,” ujarnya. (RED)

Back to top button