Jateng

‘Legiun Tulang Lunak’ Film Kisah 20 Tahun Perjalanan Hysteria Semarang

inilahjateng.com (Semarang) – Lebih dari 260 penonton dari berbagai latar belakang memenuhi ruangan Gedung Aquinas, Unika untuk menyaksikan sebuah dokumentasi perjalanan 20 tahun kolektif seni Hysteria yang telah menjadi bagian penting dari ekosistem seni budaya Semarang.

Diproduksi oleh Semaya Production House, film berdurasi 55 menit ini menggambarkan dinamika perjalanan Hysteria sejak didirikan pada 11 September 2004 oleh Yuswinardi, yang kemudian diteruskan oleh A. Khairudin (Adin) bersama pengelola baru seperti Purna Cipta, Kesit Wijanarko, Anita Dewi, dan Titis Wijayanti.

Sutradara Wucha Wulandari menjelaskan, proses pembuatan film ini memakan waktu hingga empat bulan dengan melibatkan wawancara 30 narasumber serta pengumpulan arsip selama dua dekade.

Baca Juga  Tim PkM USM Beri Edukasi Coretax kepada UMKM Paguyuban Pasar Johar Selatan Semarang

“Memadatkan perjalanan 20 tahun dalam satu jam tentu tidak mudah, tetapi kami berusaha menghadirkan gambaran utuh tentang kiprah Hysteria,” ujarnya, Senin (18/11/2024).

Sebagai kolektif seni, Hysteria tidak hanya menciptakan ruang kreatif bagi para seniman, tetapi juga menjadi inspirasi bagi komunitas lain.

Pegiat Klab Buku Semarang, Widyanuari Eko Putra mengungkapkan bahwa Hysteria kerap menjadi pendorong semangat di tengah tantangan mengelola komunitas di Semarang.

“Setiap kali kami lelah dan ingin berhenti, selalu ada apresiasi atau undangan dari Hysteria yang membuat kami berpikir ulang untuk terus melangkah,” ujarnya dalam sesi diskusi usai pemutaran film.

Diskusi tersebut turut dihadiri oleh Walikota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, anggota DPR RI Samuel Wattimena, dan tokoh-tokoh seni budaya lainnya.

Baca Juga  Truk Terguling di Jalur Pantura Semarang, Lalu Lintas Tersendat

Samuel Wattimena memuji kontribusi Hysteria dalam membangun ekosistem ekonomi kreatif di Semarang.

“Film ini tidak hanya menjadi penanda perjalanan, tetapi juga inspirasi bagi pegiat seni untuk terus konsisten,” ungkapnya.

Sementara, direktur Hysteria, Adin juga menyampaikan bahwa premier film ini menjadi penutup rangkaian program Hysteria di tahun 2024 sekaligus pembuka untuk program besar di tahun mendatang.

Salah satu yang tengah disiapkan adalah site-specific art project biennale kelima yang mengusung tema  “Tulang Lunak Bandeng Juwana.”

Tema ini, menurut Adin, adalah manifestasi seni yang menggambarkan adaptasi dan daya tahan ekosistem budaya di Semarang.

“Seperti bandeng presto yang lunak namun tetap kuat, kami ingin merefleksikan pentingnya fleksibilitas dan inovasi dalam kerja kebudayaan,” tandasnya.

Baca Juga  Mahasiswa Pariwisata USM Praktikum di Tracking Mangrove Grand Maerakaca

Rangkaian program untuk tahun 2025 dirancang meliputi festival, riset, dan simposium, yang diharapkan dapat semakin memperkuat posisi Semarang sebagai salah satu kota seni budaya di Indonesia.

Dengan semangat dan konsistensi seperti yang ditunjukkan Hysteria, ekosistem seni Semarang tampaknya akan terus tumbuh dan berkembang, menjembatani lintas generasi untuk berkreasi dan berkolaborasi. (BDN)

 

Back to top button