Mahasiswa MBKM Internal USM Gelar FGD

inilahjateng.com (Semarang) – Mahasiswa MBKM Internal Ilmu Komunikasi Universitas Semarang bersama LRC-KJHAM (Legal Resources Center untuk Keadilan Jender dan Hak Asasi Manusia) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertemakan ”Menguatkan Perempuan, Menghentikan Kekerasan bersama dengan LRC-KJHAM” di Gedung G 3.5 Universitas Semarang, Kamis (19/6/2025).
FGD ini diikuti 20 mahasiswa Universitas Semarang yang tergabung dalam program MBKM Internal.
Kegiatan dipandu oleh fasilitator dan aktivis dari LRC KJHAM Nihayatul Mukharomah, S.H,M.H.
osen Pembimbing Lapangan MBKM Internal USM, Dr. Yulianto Budi Setiawan, S.Sos,M.Si mengatakan, kegiatan ini adalah wujud nyata sinergi antara pendidikan tinggi dan lembaga advokasi.
Tujuan kegiatan untuk membangun kesadaran kritis mahasiswa terhadap isu kekerasan berbasis gender yang masih marak terjadi di masyarakat.
”Kami ingin mahasiswa tak hanya paham teori, tapi juga mampu berkontribusi langsung dalam isu-isu sosial yang nyata,” katanya.
Dia mengatakan, kekerasan terhadap perempuan masih menjadi persoalan serius. Berdasarkan catatan Komnas Perempuan tahun 2024, tercatat lebih dari 400.000 kasus kekerasan terhadap perempuan di
Indonesia.
Di Jawa Tengah sendiri, kasus kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan seksual mendominasi laporan.
”Melalui kegiatan ini, mahasiswa diharapkan memahami urgensi isu tersebut dan dapat menjadi agen perubahan dalam menyuarakan keadilan serta menciptakan ruang aman di lingkungan sekitar,” ujarnya.
Dalam paparannya, Mukharomah mengatakan, kasus kekerasan yang pernah terjadi lebih dari 50% adalah perempuan yang selalu menjadi korban kekerasan berupa pelecehan seksual.
Kasus tertinggi dan paling marak terjadi pada tahun 2020 sebanyak 151 korban dan pelaku dari kekerasan tersebut datang dari orang orang terdekat seperti teman, keluarga atau tetangga.
”Bentuk kekerasan terhadap beberapa korban bermacam macam seperti kekerasan fisik, kekerasan psikis dan kekerasan penelataran,” ungkapnya.
Menurutnya, perlu ada edukasi publik tentang kekerasan berbasis gender dan pembentukan ruang aman dan mekanisme pelaporan di kampus.
”Selain itu juga pelu adanya kampanye digital yang kreatif oleh mahasiswa untuk menyuarakan isu ini secara luas,” tuturnya. (RED)