Masyarakat Karimunjawa Kecewa dengan Layanan PDAM

inilahjateng.com (Jepara) – Masyarakat Desa Karimunjawa, Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, merasa kecewa dengan pelayanan Perumda Tirta Jungporo atau PDAM Jepara di tengah krisis air bersih .
Petinggi Desa Karimunjawa, Arif Setiawan mengatakan, selama sebulan lalu warganya krisis air bersih.
Beruntung, saat ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jepara sudah rutin mendistribusikan air bersih.
“Alhamdulillah sekarang sudah dikm cover BPBD,” kata Arif, Senin (14/11/2024).
Selama delapan tahun terakhir, mayoritas warga mengandalkan aliran dari Legon Lele. Sumber mata air itu dikelola oleh PDAM Jepara.
Berdasarkan data PDAM, ada 688 warga yang menjadi pelanggan. Meliputi wilayah Dusun Legon Lele dan Legon Gobrak.
Jika kondisi normal, kapasitas air di sumber Legon Lele mencapai 7,5 liter per detik. Namun saat musim kemarau ini, debit airnya hanya 2,7 liter per detik.
Arif menyatakan, warganya sudah tidak suka dengan pelayanan dari PDAM.
Dia menceritakan, sebelum dikelola oleh PDAM, sumber air di Legon Lele dikelola secara swadaya dengan sistem Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Masyarakat (Pamsimas) desa.
Setelah dikelola secara profesional oleh PDAM, Arif tak melihat ada kemajuan nyata. Karena wilayah itu masuk dalam taman nasional, maka sumber air tidak boleh dikomersilkan.
Sejauh ini, PDAM juga tidak pernah mengubah apapun di sumber air Legon Lele.
Misalnya, instalasi masih sama ketika bersistem Pamsimas. PDAM hanya menggunakan gravitasi air.
“Mestinya kalau profesional, misalnya saat kekeringan seperti ini, PDAM mendatangkan mesin pendorong. Supaya air tetap bisa mengalir lancar. Nyatanya tidak ada. Jadi dimana profesionalnya,” ucap Arif.
Menanggapi hal itu, Aji Asmoro, Kepala Bagian Perencanaan PDAM Jepara, mengaku tak bisa berbuat banyak menghadapi kondisi krisis air bersih seperti saat ini.
Sejauh ini, PDAM hanya mengandalkan air baku dari Legon Lele dan Legon Gobrak.
Pihaknya menyebutkan, setiap bulan September-Desember, debit air baku di sana selalu berkurang drastis.
“Setiap musim kemarau pasti kekurangan,” ujar Aji.
Di sisi lain, karena wilayah itu masuk dalam taman nasional, maka PDAM tidak boleh membuat sumur bor. Sementara itu, rencana pembuatan embung juga sampai saat ini belum terealisasi. (NIF)