Menilik Aktivitas Ramadan di Ponpes Lansia Semarang

inilahjateng.com (Ungaran) – Bulan Ramadan menjadi momentum umat muslim untuk berlomba-lomba dalam mencari keberkahan. Tak terkecuali para orang tua yang sudah memasuki lanjut usia.
Seperti halnya aktivitas di Pondok Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat yang berada di Desa Gedong, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah (Jateng).
Pada momentum Ramadan, pondok tersebut dipenuhi mereka para lansia dari berbagai daerah di Indonesia berbondong-bondong datang untuk ikut nyantri.
Meskipun sudah usia senja, tak menyurutkan semangat para lansia mengikuti berbagai kegiatan di pesantren. Sekalipun, kegiatan pesantren terbilang cukup padat dari sejak sahur sampai tarawih. Mereka belajar mengaji, praktek ibadah, sejarah keislaman, hadist dan lain-lain.
Salah seorang santri asal Jakarta, Triko Pamuji (61) mengaku senang bisa nyantri di Ponpes Kasepuhan Raden Rahmat. Dirinya bermukim di Ponpes tersebut setelah pensiun dari pekerjaannya, yaitu tahun 2022. Ia sengaja menyepi karena sudah lelah dengan hiruk-pikuk Kota Jakarta.
“Saya masih punya keluarga di Jakarta, jadi setiap sebulan sekali saya pulang. Di sini juga sangat enak cuaca dan kondisi udaranya yang bersih. Selain itu juga letaknya yang berada di bukit, menjadi hiburan kita sehari-hari,” kata Triko kepada inilahjateng.com, Kamis (28/3/2024).
Diakuinya, selama bulan Ramadan ini kegiatan cukup padat. Namun karena sudah biasa, dirinya bisa menyesuaikan. Sebaliknya, bagi santri-santri yang datang pada bulan Ramadan tak dipungkiri mungkin mengalami kelelahan.
“Tapi belajar di sini menyenangkan. Jadi mungkin awal-awal saja agak kaget. Ini kegiatan rohani ya, jadi memang berguna untuk mengikis keinginan-keinginan jasmani kita,” katanya.
Hal senada juga diungkapkan santri lain dari Mijen Semarang, Sunarni Cindar Bumi (64). Dirinya yang ikut program Ramadan ini sangat tertarik mengikuti semua kegiatan yang diselenggarakan Ponpes Kasepuhan Raden Rahmat.
“Menjadi santri karena kemauan saya sendiri, karena ingin melaksanakan puasa di kampung Ramadan ini dengan full ibadah dan mengisi kalbu yang bersih. Karena kalau di rumah kan lain (ada kesibukan),” bebernya.
Diakuinya, untuk menjaga kesehatan ditengah kegiatan pesantren yang padat, dirinya biasa berjemur dan senam bersama pada pagi hari. Sehingga walaupun dengan rutinitas padat sehari-hari tetap sehat.
“Awalnya saya penyesuaian dulu, dari cuaca panas Semarang dan dingin di sini. Di sini tambah sehat malahan. Bisa olah raga dan cuaca yang sejuk juga. Jadi semangat mengikuti kegiatan di pesantren,” ungkap Cindar.
Sementara itu, Kepala Kurikulum Ponpes, Purwoko menyebut selama Ramadan ini ada 50 santri yang ikut mengaji. Mereka berasal dari Lansia sekitar Ponpes dan juga 25 santri yang mukim di Ponpes.
Santri yang bermukim kata dia, berasal dari Aceh, Jakarta, Semarang, Ponorogo, Kediri, hingga Papua. Mereka mengikuti aktivitas pembelajaran mulai jam 7 pagi.
“Yaitu Senam, setoran Al Qur’an, kajian-kejian keislaman, sampai sore hari. Kemudian dilanjutkan buka bersama dan salat tarawih bersama. Setelah itu sudah istirahat, karena full sehari mereka juga cukup kelelahan,” paparnya.
Diakuinya, tidak ada kesulitan dalam hal mengajar para santri lansia. Sebab mayoritas santri yang masuk sudah diseleksi. Rata-rata santri berpendidikan sarjana, bahkan ada yang S2 dan S3. Sehingga, ketika mengajar tidak terlalu sulit.
“Jadi tidak ada kesulitan. Karena mereka pernah mahasiswa jadi menggunakan bahasa mahasiswa ya tidak ada masalah. Jadi sangat fleksibel dan mereka juga mengikuti dengan antusias luar biasa, tidak ada yang ngantuk juga dan aktif bertanya,” jelasnya. (RIS)