Jateng

Musim Kemarau, DKK Waspadai Demam Berdarah

inilahjateng.com (Semarang) – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang mengingatkan kepada masyarakat untuk mewaspadai penyakit Demam Berdarah (DB) pada musim kemarau ini.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, M. Abdul Hakam mengatakan hingga semester pertama tahun 2024 kasus demam berdarah mencapai 231 kasus dengan angka kematian mencapai tiga orang.

“Paling banyak ada di kecamatan Tembalang, Pedurungan, Banyumanik, Semarang Barat, Genuk dan Ngaliyan,” jelas Hakam, Kamis (25/7/2024).

Pada prinsipnya, lanjut Hakam, daerah dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, kemudian angka bebas jentik (ABJ) turun dari angka normal maka berpotensi besar banyak yang terjangkit DB.

Hakam mengatakan tiga kasus kematian DB berasal dari Kelurahan Sendangmulyo, Sambiroto dan Tlogosari Kulon.

Meski demikian, lanjut dia, kasus demam berdarah mengalami penurunan signifikan setiap tahunnya.

Tercatat, kasus demam berdarah tahun 2022 mencapai 865 kasus dengan angka kematian sebanyak 33 orang.

Baca Juga  SPMB SMP Sragen, Pelayanan Surat Keterangan Jalur Afirmasi di Dinsos Membludak

Namun pada 2023, angka kasus turun signifikan menjadi 404 kasus. Sementara kasus kematian juga mengalami penurunan menjadi 16 orang.

Untuk tahun 2024 ini, hingga semester pertama mencapai 231 kasus dengan angka kematian 3 orang.

“Angka ini kalau demam berdarahnya turun dibanding tahun sebelumnya, namun demam dengue ini kasusnya naik. Alasannya, karena skrining masif yang dilakukan pada masyarakat cukup tinggi,” jelasnya.

Hakam mencontohkan daerah-daerah banjir atau wilayah Rob, maka secara masif dilakukan skrining hingga tiga pekan oleh Puskesmas.

“Kami langsung lakukan pemeriksaan NS1, yakni tes untuk mendeteksi keberadaan protein non struktural 1 (NS1). Pemeriksaan itu di hari pertama sudah bisa kelihatan, sehingga tidak perlu menunggu hingga hari ketiga bahkan kelima,” bebernya.

Kasus demam dengue yang ditemukan akan mendapat intervensi dan pengobatan lebih awal, sehingga lebih cepat diobati dan tentunya angka kematian bisa lebih ditekan.

Baca Juga  Tambah Giant Sea Wall 10 Km, Pemerintah Siapkan Rp1,7 Triliun Atasi Rob Demak

“Dari 35 kabupaten/kota se-Jateng, Alhamdulillah tahun kemarin justru kasus demam berdarah di kota Semarang turun dikala daerah lain kasusnya naik. Bahkan ada yang KLB,” sebutnya.

Setiap tahunnya, lanjut Hakam, Dinkes membuat prediksi kasus DBD tingkat kota Semarang, termasuk peta kerentanan dan potensial dampak.

“Bedanya Kota Semarang dengan daerah lain adalah, Semarang sudah punya peta potensial. Daerah dengan potensi akan dilakukan intervensi jika kasus benar-benar tinggi,” ucapnya.

Dari peta kerentanan dan potensial Demam Berdarah itu, kata Hakam, Dinas Kesehatan kemudian melakukan antisipasi khususnya di daerah padat penduduk berpotensi.

“Daerah padat seperti Tembalang, Banyumanik, Semarang Utara, itu wilayah dengan wilayah rentan kasus,” ujarnya.

Dinas Kesehatan Kota Semarang telah melakukan langkah pencegahan dan penanganan penyakit DBD agar tidak semakin meningkat. Terlebih, di musim hujan seperti saat ini.

“Sekarang kita sudah tahu peta daerah-daerah rentan DBD, itu yang kita perintahkan kepada jajaran di kelurahan dan puskesmas untuk melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) atau PJN (Pemberantasan Jentik Nyamuk). Itu yang efektif sekali,” jelasnya.

Baca Juga  Donor Darah Polrestabes Semarang, Polri Hadir dengan Hati

“PSN dan PJN ini jika dilakukan dua kali seminggu, maka pertumbuhan dan jumlah nyamuk pasti tidak akan banyak,” bebernya.

Ada pula upaya 3M Plus, yaitu menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air, dan mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk aedes aegypti yang membawa virus DBD pada manusia.

Bahkan, lanjutnya, Dinkes juga menggandeng Dinas Pendidikan untuk memberdayakan anak-anak sekolah melalui program Si Centik (Siswa Cari Jentik).

“Kader-kader PKK turun secara intens melakukan PJN dan PSN. Adek-adek di sekolah melakukan program Si Centik juga jalan dengan baik. Peta kerawanan ini mulai kami gerakkan dari tingkat RT hingga RW juga,” pungkasnya. (LDY)

 

Back to top button