Nyaris Punah, Caping Kalo Kudus Kekurangan Perajin

inilahjateng.com (KUDUS) – Menjadi Perajin Caping Kalo yang merupakan penutup kepala yang dijadikan pelengkap pakaian adat Kudus itu kini kekurangan perajin.
Kamto, warga Desa Gulang Kecamatan Mejobo Kudus, salah satu perajin caping kalo mengaku pekerjaan menjadi Perajin Caping Kalo tak bisa diandalkan. Modal yang besar dengan pekerjaan yang begitu rumit tidak cukup untuk menghidupi anak dan keluarganya.
Kamto mengaku, membuat caping kalo prosesnya lumayan panjang. Dengan bahan-bahan yang terbuat dari bambu, ia harus menambal modal awal untuk bahan dan operasional per caping sebesar Rp 300-320 ribu. Itu pun belum tentu laku dalam seminggu.
“Kalau dibuat sumber penghasilan utama tidak bisa. Karena pekerjaannya rumit dan tidak cepat laku,” ungkap Kamto, ditemui di kediamannya, Rabu (1/11/2023).
Keterampilan membuat caping kalo ini diwariskan turun temurun. Kamto mendapat amanah dari ayahnya, untuk menjaga dan meneruskan keterampilan ini.
“Anak-anak sekarang pada enggan untuk meneruskan ini. Karena mereka tahu ini pekerjaan yang sulit. Belum lagi hasilnya yang tidak menjanjikan,” imbuh Kamto.
Menjadi perajin caping kalo sejak 2013, ia sudah merasakan pahit manisnya. Kamto mengakui, mengajarkan keterampilan ini membutuhkan proses yang panjang.
Sebelumnya, Kamto menceritakan bahwa Balai Latihan Kerja Dinas Tenaga Kerja, Perindustrian, Koperasi, dan UMKM Kabupaten Kudus meminta ia menjadi pelatih dalam pelatihan keterampilan membuat caping kalo.
Kamto berharap pelatihan itu akan memfasilitasi para peserta untuk belajar membuat caping kalo. Hanya saja, kata dia, Kamto belum mengetahui persis bagaimana teknis pelatihan yang akan diajarkan.
“Membuat caping kalo itu kan lama prosesnya. Sekitar 80 persen bahan dari bambu, ada istilah irat-irat, ongot-ongot (penghalusan, red),” akunya.
Terpisah, Pj Bupati Kudus Bergas Catursari Penanggungan menilai adanya pelatihan ini dapat membantu melestarikan warisan budaya yang ada di Kudus.
Saat ini, kata dia, hampir tidak ada penerus yang ikut melestarikan keterampilan caping kalo. Padahal, caping kalo selalu menjadi ornamen yang wajib ada pada pelengkap pakaian adat khas Kudus.
“Ini barang langka yang harus dilestarikan. Kalau tidak ada nanti kan bisa punah. Semoga bisa terlaksana sebab caping kalo sudah menjadi ciri khas Kudus,” ungkapnya. (HSA)