Ekonomi & Bisnis

Pasar Tradisional di Salatiga Sepi, Inilah Sebabnya Menurut Pakar

inilahjateng.com (Salatiga) – Maraknya penjualan online membuat para pedagang pakaian di Pasar Raya II Salatiga resah. Kondisi itu ditengarai menjadi penyebab semakin sepinya pembeli di pasar terbesar di Salatiga tersebut.

Terkait hal itu, pakar Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga Prof Gatot Sasongko memberikan penjelasan.

Dia menilai, efek penjualan online tidak serta-merta menjadi satu-satunya penyebab sepinya pembeli di Pasar Raya II Salatiga atau beberapa pusat perbelanjaan lain.

“Kalau dampak (sepinya pembeli di pasar) karena e-commerce itu hanya salah satu penyebab. Yang utama adalah adanya pergeseran pola konsumsi di masyarakat. Berbelanja tidak hanya dalam bentuk barang,” katanya saat dihubungi inilahjateng.com, Kamis (28/9/2023).

Baca Juga  JPEN Luncurkan Tabung CNG untuk Dukung Program Makan Bergizi Gratis

Dijelaskan, saat ini masyarakat tidak menghabiskan uangnya hanya untuk membeli barang.

Namun masyarakat cenderung konsumtif untuk makan dengan mengajak keluarga ataupun koleganya.

Jika ke mall, masyarakat pun sekarang juga lebih memilih melakukan aktivitas hiburan seperti nonton film ataupun olahraga.

Alasan kedua, kata Prof Gatot, sepinya pembeli di mall ataupun pasar karena maraknya mall dengan fasilitas yang lengkap. Sebab masyarakat saat ini lebih memilih ke mall untuk sekedar mencari hiburan.

“Selain itu, ada fenomena dari sisi konsumen. Yaitu kenyamanan saat berbelanja. Pasar atau mall yang aksesnya terlalu ramai kendaraan atau keterbatasan lahan parkir membuat konsumen enggan berkunjung,” paparnya.

Sehingga kata dia, sebagian dari mereka memilih untuk membeli berbagai produk melalui online dengan segala kemudahannya.

Baca Juga  Semangat Berbagi Idul Adha 1446 H, Bapekis dan Karyawan BRI Salurkan 961 Hewan Kurban untuk Masyarakat

Oleh karena itu, ada beberapa hal yang bisa menjadi solusi untuk kembali mendongkrak minat masyarakat agar berbelanja secara langsung.

Pertama, adalah membuat fasilitas di pasar ataupun mall lebih lengkap. Contohnya dengan adanya wahana bermain untuk anak, nonton film, dan tempat olahraga.

“Akses kendaraan harus mudah di pusat perbelanjaan. Konsumen harus dibuat nyaman dengan parkir misalnya dan fasilitas yang lebih menarik,” sebutnya.

Selain itu, ada ciri khas berbelanja secara langsung yang tidak bisa didapatkan jika berbelanja secara daring, yaitu relasi sosial antara pembeli dan pedagang. Hal itu harus dipertahankan para pedagang. 

“Adanya tawar-menawar harga menjadi hal yang tidak didapatkan membeli di e-commerce. Itu yang harus dijaga,” terang dia.

Baca Juga  Sido Muncul Optimis Bangkit, Ekspor Melejit hingga 4 Kontainer per Bulan

Cara lain yang mungkin bisa dilakukan oleh pengelola pasar atau mall agar mendongkrak pembeli datang adalah tidak mengambil untung secara berlebihan.

Sebab kondisinya saat ini tidak memungkinkan untuk mengambil untung secara besar.

“Ini yang harus dicermati pusat perbelanjaan. Ya jangan cari untung terlalu cepat. Karena situasinya belum bisa seperti itu. Jika kalau sewanya Rp 1 juta per meter persegi, ini istilahnya pasar baru bertumbuh yang tentu akan mengalami kesulitan. Nah apalagi bertanding dengan e-commerce yang memberikan diskon,” jelas Prof Gatot. (RIS)

Back to top button