
inilahjateng.com (Semarang) – Wujudkan pengelolaan sampah berkelanjutan, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang gelar Lomba Pilah Sampah Kita (Lampah Kita).
Hal itu dilakukan untuk terus lakukan pembenahan dalam pengelolaan sampah dari hulu hingga hilir. Puncak penentuan juara akan digelar pada bula November mendatang.
Walikota Semarang, Hevearita G Rahayu mengatakan, bahwa lomba ini adalah bagian dari tujuannya dalam pengelolaan sampah agar bisa lebih mengena dari hulu sampai hilir dalam rangka menghindari penumpukan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) Jatibarang.
“Karena kebakaran di TPA kemarin adalah hasil dari tumpukan sampah pasif yang sejak 2015 tidak terkelola,” ujarnya dalam konferensi Pers di GOR Merah Jalan Bukit Beringin Ngaliyan, Kamis (21/9).
Untuk diketahui, sampah masyarakat yang dikirim ke TPA Jatibarang sejumlah 1000 ton perhari. Hal itu berarti, kapasitas pengelolaan dan pertumpukan sampah tidak seimbang. Pemkot Semarang, melalui Lampah Kita yang akan dimulai tanggal 25 September mendatang ini menargetkan pengurangan penumpukan sampah sebanyak 30 persen dan pengurangan pengangkutan sampah sebanyak 70 persen jika sampah-sampah dapat dikelola sejak dari rumah tangga.
“Lomba ini berbasis video dengan kategori lingkungan pendidikan, masyarakat, pasar, rumah sakit, dan tempat-tempat umum,” jelas Mbak Ita.
“Selain itu, untuk tempat-tempat umum seperti rumah sakit, pasar, lingkungan pendidikan, dan pabrik agar kita mengetahui cara pengelolaan sampah bagaimana dan muara pembuangannya seperti apa,” lanjut Ita.
Lebih lanjut, untuk kategori perguran tinggi yang dilombakan adalah inovasi teknologi pengelolaan sampah berbasis rumah tangga. Karena menurut Mbak Ita, perguran tinggi adalah pusat keilmuan dan inovasi yang perlu dimaksimalkan potensinya.
Mbak Ita mengatakan hadiah lomba Lampah Kita total berjumlah 189 juta rupiah. Untuk juara 1 hadiahnya kurang lebih senilai 20 juta rupiah.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang, Bambang Suranggono menjelaskan teknis penilian ada 4 kategori dan 1 inovasi dengen menyetorkan video. Video tersebut dinilai dari tingkat RT, naik ke RW kemudian ke kelurahan, kecamatan, hingga tingkat Kota.
Tim penilai atau juri terdiri dari pakar lingkungan yang akan turun langsung mengecek lapangan terkait dengan kesesuaian isi video tersebut.
“Untuk pengumuman juara akan dilakukan di bulan november,” tandas Bambang. (AHP)