
inilahjateng.com (Semarang) – Pemerintah Kota Semarang menghimbau kepada pengelola tempat wisata untuk bisa mengelola sampahnya sendiri.
Hal ini merupakan kepedulian pengelola wodata terhadap lingkungan disekitar destinasi wisata yang bertujuan untuk menjaga kenyamanan wisawatan yang datang.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang, Bambang Suranggono menyampaikan, masing-masing destinasi wisata harus memilki roadmap kebersihan. Setiap destinasi wisata harus mampu mengelola sampah sendiri.Â
“Jadi kapan sampah mulai timbul, bagaimana mengelola dengan menyediakan tempat sampah yang cukup,” kata Bambang saat menjadi pembicara dalam acara pelatihan kebersihan lingkungan, sanitasi dan pengelolaan sampah, di Hotel Horison Ultima Semarang, Senin (18/9/2023).
Dia berpesan agar pengelola wisata menyediakan tempat sampah yang cukup dam memberi penanda di objek wisata agar wisatawan tidak membuang sampah sembarangan.
DLH sendiri siap menyediakan kontainer jika sampah yang ada jumlahnya cukup besar. Â
“Semarang sempat mendapatkan kota wisata terbersih di Asia Tenggara. Kami pertahankan, kita menginventarisir objek wisata dioptimalkan kebersihannya,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, Wing Wiyarso berharap pengelola wisata bisa sadar dan peduli akan kebersihan lingkungan pada destinasi wisata.Â
Apalagi ada beberapa destinasi wisata di Semarang yang berpotensi mendapatkan sampah kiriman jika musim penghujan tiba. Sehingga hal ini perlu diwaspadai oleh pengelola wisata menjelang musim hujan.Â
“Wilayah pesisir utara ini memiliki potensi mendapat kiriman sampah. Misalnya, di Pantai Tirang yang sering dapat kiriman sampah saat musim angin barat,” ucap Wing.
Pihaknya menyampaikan pengelola wisata untuk memiliki kepedulian terhadap sampah meskipun sampah tersebut bukan merupakan sampah yang muncul akibat kegiatan pariwisata. Selain itu, setiap organisasi pemerintah daerah (OPD) juga bergotong royong dalam mengelola sampah kiriman tersebut.
“Kalau banyak sampah nantinya wisatawan juga tidak nyaman menikmati destinasi,” imbuhnya.
Wing menjelaskan, jika sampah tidak dikelola dengan baik maka akan menjadikan persepsi buruk bagi pemerintah dan pengelola wisata.
Selain itu, tempat wisata yang berada di daerah aliran sungai akan berpotensi mendapat kiriman sampah.
“Misalnya, dung tukul di Pudakpayung. Karena hujan, sempat terdampak banjir bandang. Setelah selesai, sampah ditinggalkan luar biasa,” paparnya.Â
Hal ini memang menjadi pekerjaan rumah yang harus dipikirkan antara Pemkot Semarang dan Pemkab Semarang, agar kepedulian tidak membuang sampah sembarangan harus ditanamkan.
Pihaknya berharap, kerjasama dengan wilayah Kedung Sepur tidak hanya sebatas pariwisata namun juga persoalan penanganan bencana yang kerap kali merugikan salah satu kota.Â
“Kita tidak memiliki potensi luar biasa seperti objek alam, pantai pasir putih, keraton dan lain-lain. Parwisata Kota Semarang itu dikenal memberikan kenyamanan sehingga wisatawan yang hadir akan betah,” pungkasnya. (LDY)