Jateng

Pemprov Jateng Gaspol Program Makan Bergizi Gratis

inilahjateng.com (Semarang) – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menunjukkan komitmen kuat dalam memperjuangkan generasi sehat dan bebas stunting lewat percepatan pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Langkah konkret ini ditandai dengan pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) Percepatan Pelaksana Program MBG yang dikukuhkan melalui Keputusan Gubernur Jateng Nomor 100.3.3.1/88 Tahun 2025.

Dipimpin langsung oleh Wakil Gubernur Taj Yasin sebagai ketua Pokja, dan Gubernur Ahmad Luthfi sebagai penasihat, program ini menargetkan pemenuhan gizi bagi lebih dari 8 juta jiwa penerima manfaat.

Mereka terdiri dari siswa sebanyak 7,9 juta jiwa, ibu hamil 439.931 jiwa, ibu menyusui 420.638 jiwa, dan anak-anak stunting sebanyak 198.993 jiwa.

“Saat ini di Jawa Tengah sudah peringkat kedua tingkat nasional dalam pelaksanaan MBG. Ini hasil kerja keras banyak pihak, tapi tentu belum cukup. Kita ingin pastikan tidak ada anak yang berangkat sekolah dalam keadaan lapar, tidak ada ibu hamil yang kekurangan gizi,” ujar Yasin usai memimpin rapat perdana Pokja di ruang kerjanya, Selasa (8/4/2025).

Baca Juga  Direktur KITB: Jangan Sampai Batang Jadi Menara Gading

Saat ini, lebih dari 120 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dengan 89 dapur MBG telah beroperasi di berbagai daerah Jawa Tengah. Namun, kebutuhan masih jauh lebih besar.

Berdasarkan pemetaan Pemprov, dibutuhkan setidaknya 3.470 dapur MBG agar distribusi makanan bergizi bisa menjangkau seluruh penerima manfaat secara optimal.

“Dalam minggu ini, kita sudah menyusun alur koordinasi, mengidentifikasi masalah di lapangan, serta menyiapkan sistem distribusi bahan pokok. Kami membuka pintu selebar-lebarnya untuk lembaga, pondok pesantren, sekolah, dan para pengusaha yang ingin terlibat. Koordinasi itu kunci,” tegas Yasin.

Tak hanya fokus pada infrastruktur dapur, Pokja juga menilai aset Forkopimda yang potensial dijadikan fasilitas MBG serta menggali potensi distribusi bahan pangan lokal.

Baca Juga  FOTO: Arus Balik di Stasiun Tawang Semarang

Kolaborasi dengan koperasi tani, petani, peternak, hingga BUMDes menjadi strategi memperkuat ketahanan pangan sekaligus menggerakkan ekonomi desa.

Langkah besar ini bukan sekadar tentang makanan, tapi tentang masa depan.

Tentang anak-anak yang bisa belajar dengan perut kenyang, tentang ibu yang sehat saat melahirkan, tentang desa yang mandiri secara pangan.

Tentang Jawa Tengah yang tak hanya tumbuh, tapi juga tumbuh sehat dan kuat.

“Ini bukan pekerjaan satu-dua hari. Tapi dengan gotong royong, kami percaya, kita bisa memastikan setiap sendok nasi yang bergizi menjadi harapan baru bagi masa depan bangsa,” pungkas Yasin penuh optimisme. (RED)

Back to top button