
inilahjateng.com (Sragen) – Pemerintah Kabupaten Sragen belum lama ini meresmikan Pusat Batik Sukowati yang menaungi industri ataupun pedagang batik di Sragen.
Namun, gedung yang dibangun menggunakan anggaran pemerintah pusat itu kurang diminati dan pelaku usaha memilih dengan pihak swasta untuk menggenjot penjualan batik.
Sejumlah desa di Kabupaten Sragen memang terkenal dengan industri batik. Seperti di Desa Kliwonan, Desa Pilang Masaran, Desa Pungsari, Plupuh masih menjadi sektor yang masih tumbuh menggiurkan di desa tersebut.
Salah satu pengusaha batik asal Sragen Nikhlas Gustaf Mustofa mengaku belum bergabung dengan Pusat Batik Sukowati.
Salah satu pemilik Batik Pandansari, Plupuh itu mengaku sempat ditawari untuk bergabung di Pusat Batik Sukowati. Namun ada satu dua hal yang membuatnya urung kesana.
Hal tersebut disampaikan saat media Workshop dalam kampanye Melokal dengan batik yang digagas salah satu platform digital,Tokopedia.
Kegiatan itu untuk berupaya memajukan industri batik lokal dengan digitalisasi bisnis agar mampu bersaing di era digital saat ini.
“Sebenarnya bagus, kita sempat ditawari, tapi kita belum. Masih fokus ke lainnya. Untuk itu nanti saja,” ujarnya Kamis (8/8/2024).
Nikhlas mengakui sebenarnya keberadaan Pusat Batik Sukowati sangat bermanfaat. Namun pengelolaan dan promosi masih kurang seperti yang diharapkan para pengusaha batik.
Berbeda dengan langkah program dengan pihak marketplace digital, pihaknya mengakui ada peningkatan penjualan.
Sementara Communications Senior Lead Tokopedia and ShopTokopedia, Antonia Adega menyampaikan menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Pusdatin Kemenperin RI), sektor industri tekstil dan pakaian, termasuk batik, masing-masing menyumbang sebesar 1,40 persen dan 4,30 persen terhadap PDB kuartal III 2023 di Industri Pengolahan Non-Migas.
Lantas industri batik merupakan sektor padat karya yang telah menyerap jutaan tenaga kerja. Pihaknya juga aktif dengan pemerintah untuk memajukan industri batik.
“Salah satu digitalisasi UMKM lokal batik, kami didukung pemerintah lokal setempat. Seperti di Solo didukung wakil walikota Solo, dan di Jogja juga,” terangnya.
Adega mengatakan, pihaknya berupaya kolaborasi dengan pihak strategis sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan kualitas UMKM. “Jadi kita sangat sering kolaborasi dengan pemerintah,”terangnya. (mpm)