Pertandingan PSIS vs Maluku United Diwarnai Aksi Protes Suporter

inilahjateng.com (Semarang) – Suasana di depan Stadion Jatidiri Semarang menjadi saksi aksi unik dari para supporter PSIS Semarang, Minggu (22/12/2024) sore.
Mereka tidak hanya menyampaikan tuntutan melalui orasi, tetapi juga memadukannya dengan aksi teaterikal dan bermain bola mandiri sebagai simbol protes kepada manajemen klub.
Aksi damai ini sempat berubah memanas setelah pertandingan PSIS melawan Maluku United berakhir, dengan skor 1-3 untuk kekalahan tim tuan rumah.
Dalam aksi itu, suporter PSIS, yang dikenal dengan sebutan Panser Biru dan Snex, menuntut perhatian serius dari manajemen klub, terutama terkait isu keterlambatan pembayaran gaji pemain.
Divisi Hukum dan Advokasi Panser Biru, Nurul Layalia mengatakan, aksinya ini bukan sekadar protes emosional, melainkan bentuk keprihatinan terhadap kondisi klub yang mereka cintai.
“Kami datang ke sini hanya untuk bertemu CEO untuk menanyakan jawaban atas tuntutan kami yang selama ini belum dipenuhi. Bahkan dalam aksi sebelumnya pada 11 Desember 2024, CEO juga tidak bisa kami temui,” ujarnya.
Layalia menambahkan, isu keterlambatan gaji ini mencoreng citra klub yang seharusnya dikelola secara profesional.
“Kami sebagai supporter prihatin dengan kondisi pemain, termasuk mantan pemain yang belum mendapat haknya. Ini memalukan untuk klub sebesar PSIS. Bahkan performa tim di lapangan juga terdampak,” katanya.
Menurutnya, jika manajemen saat ini sudah tidak mampu mengelola klub dengan baik, ada baiknya saham klub dijual kepada pihak yang lebih profesional dan berkompeten.
“Sampai saat ini masih dikelola keluarga Sukawi. Kalau memang sudah tidak sanggup, lebih baik dijual saja ke pihak lain yang mampu membawa PSIS ke arah lebih baik,” tegasnya.
Meski sempat diwarnai aksi aparat menggunakan gas air mata dan water cannon untuk mengendalikan massa, supporter tetap bersikukuh menyuarakan aspirasi mereka.
Mereka menyatakan akan terus bersuara hingga ada tanggapan konkret dari manajemen klub.
“Kami hanya ingin klub kebanggaan ini sehat dan bisa berprestasi di jalur juara. Jika katanya profesional, buktikan dengan memenuhi hak pemain,” pungkasnya.
Aksi damai dengan kreativitas seperti teaterikal dan bermain bola ini menjadi gambaran kecintaan mereka pada klub tak lekang oleh waktu, tetapi mereka juga menuntut perubahan demi masa depan PSIS yang lebih baik. (BDN)