Produksi Menurun, Harga Kopi di Kudus Justru Melonjak

inilahjateng.com (Kudus) – Panen biji kopi Colo yang berasal dari kawasan perkebunan Lereng Muria, tahun ini mengalami penurunan yang cukup drastis.
Akibatnya, harga jual kopi pun melonjak hingga Rp70 ribu per kilogram.
Padahal, pada panen raya tahun 2023 bisa mencapai 20 ton, tetapi tahun ini hanya sekitar 8 ton.
Hal tersebut diungkapkan seorang petani kopi asal Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kudus, Teguh Budi Wiyono.
Dirinya mengatakan, Kalau tahun lalu, harga kopi Rp30-40 ribu per kilogram.
Menurut Teguh, faktor utama yang membuat produksi kopi colo menurun, yaitu cuaca ekstrem akibat bencana hidrometeorologi basah yang terjadi di Kudus dalam beberapan pekan lalu.
‘’Cuaca sangat berpengaruh. Tahun 2023 lalu saat panen musim kemarau lebih panjang, sehingga produksi kopi melimpah,’’ ungkapnya.
Sementara itu, sistem jual-beli kopi colo yakni ijon atau green been. Sementara petik merah, hanya dilakukan oleh beberapa petani saja.
Hal ini sebagai upaya menekan kerugian petani yang signifikan akibat penurunan produksi.
Dengan demikian, kopi tidak hanya diolah dalam bentuk panen mentah green been saja.
Tetapi diolah menjadi roasted been atau sangrai dan dalam bentuk kemasan. Dengan promosi yang lebih menarik, akan lebih laku di pasaran.
‘’Tetapi saat ini masih banyak yang hanya menjual sistem ijon. Jadi, selain lakunya murah, juga tidak tahan dalam waktu yang lama,’’ paparnya.
Melihat kondisi tersebut, Teguh pun mengajak petani kopi di Lereng Muria, untuk naik kelas dan mampu menjual kopi dalam kemasan.
Sehingga, hal itu bisa memangkas kerugian dan bahkan menambah nilai keuntungan bagi petani kopi.
Sebab, modal atau biaya produksi tidak ada perbedaan, namun produksi yang dihasilkan anjlok hingga 60 persen.
Untuk itu, dirinya berharap tidak ada pembukaan lahan baru untuk menanam bibit kopi.
‘’Saat ini lahan perkebunan kopi colo seluas 25 hektar yang dikelola 63 petani. Sedang varietasnya, sebagaian besar robusta dan sekitar lima persennya Arabika,’’ pungkasnya. (MKP)