
inilahjateng.com (Semarang) – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang menggelar kegiatan dalam rangka memberikan penghormatan kepada Ki Ageng Pandanaran yang merupakan pendiri wilayah Semarang.
Penghormatan dilakukan dengan mengadakan kirab dan penggantian kelambu makam. Acara tersebut juga digelar kegiatan rebutan hasil bumi yang diletakkan dalam gunungan hingga penggantian kelambu makam.
Persiapan kirab dilakukan di Taman Indonesia Kaya tepatnya di depan SMAN 1 Semarang. Kemudian rombongan berjalan ke makam Ki Ageng Pandanaran di daerah Mugas.Â
Di sana ditampilkan tarian sesaji kemudian teatrikal Serat Kandhaning Ringgit Purwa (atraksi Jumenengan Bupati Semarang) serta penyerahan kuluk oleh keturunan Ki Ageng Pandanaran. Kemudian ada juga simbolik penyerahan pusaka kepada Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryantu Rahayu.
Pemotongan tumpeng kemudian dilakukan dan dilanjutkan dengan ditempatkannya dua gunungan berisi hasil bumi seperti buah dan sayur. Masyarakat diperbolehkan mengambil apa yang ada di gunungan itu. Warga yang datang kemudian berebut mendapatkan hasil bumi itu.Â
Rombongan kemudian naik ke lokasi makam untuk doa bersama. Selanjutnya prosesi penggantian kelambu makam Ki Ageng Pandanaran, istrinya, dan guru spiritualnya.Â
“Kita saksikan kirab budaya, haul Ki Ageng Pandanaran yang ke 522. Beliau cikal bakal berdirinya kota semarang.. Kalau tidak ada beliau tentu Semarang tidak ada. Kita harus uri-uri budaya. Wujud penghormatan kepada beliau,” kata Ita, sapaan akrabnya, Sabtu (27/7/2024).Â
Ita mengatakan, Ki Ageng Pandanaran bukan hanya sebagai sosok Bupati Semarang pertama, namun juga salah satu penyebar agama Islam.Â
“Beliau bukan hanya sebagai Bupati pertama, tetapi tokoh yang menyebarkan agama Islam. Jadikan itu sebagai semangat gotong royong,” jelasnya.Â
Keturunan ke tujuh dari Ki Ageng Pandanaran, Aris Pandan dalam acara itu berperan sebagai leluhurnya. Dia mengatakan kirab digelar tiap tanggal 17Muharam karena merupakan tanggal wafatnya Ki Ageng Pandanaran. Ia menyebut ada tiga hal soal kepemimpinan yang diajarkan Ki Ageng Pandanaran yaitu berilmu, berharta, dan memiliki kuasa.Â
“Pemimpin harus berilmu. Kedua berharta, maksudnya punya harta kekayaan. Ketiga berkuasa, maksudnya punya kuasa yang lebih  artinya pemimpin kedepan itu jadi pedoman. Harta cukup, harus mapan, kekuasaannya dia gunakan untuk kemakmuran masyarakat, bukan untik menindas atau menzolimi masyarakat,” ungkap Aris.Â
Ia menjelaskan banyak yang ziarah ke makam leluhurnya itu termasuk pejabat di Kabupaten Semarang karena dulu Kota dan Kabupaten Semarang satu wilayah. Bahkan beberapa calon kepala daerah ada yang sudah ziarah.Â
“Beberapa kandidat (calon wali kota-wakil walikota) juga sudah ada yang datang,” tandasnya. (LDY)