
inilahjateng.com (Semarang) – Stasiun Klimatologi Jawa Tengah sebagai Unit Pelaksana Teknis BMKG di Provinsi Jawa Tengah setiap tahun menerbitkan Buku Prakiraan Musim Hujan dan Prakiraan Musim Kemarau daerah Provinsi Jawa Tengah.
Buku Prakiraan Musim Hujan diterbitkan setiap bulan September dan Prakiraan Musim Kemarau setiap bulan Maret.
Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Tengah, Sukasno mengatakan berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data serta memperhatikan perkembangan kondisi fisis dan dinamika atmosfer regional maupun global yang sedang berlangsung, maka ada beberapa hal yang mempengaruhi kondisi iklim di Jawa Tengah.
Ia menjelaskan untuk ENSO (El Niño Southern Oscillation) menunjukkan kondisi El Niño Moderat dan diprediksi El-Niño moderat secara gradual akan beralih menjadi Netral mulai April 2024.
“Ini sesuai update Dinamika Atmosfer pada Dasarian ke-1 Bulan Maret 2024,” kata Sukasno, Selasa (26/3/2024).
IOD (Indian Ocean Dipole), lanjutnya, menunjukkan kondisi netral dan diprediksi bertahan hingga pertengahan tahun 2024.
Anomali suhu permukaan laut perairan Indonesia pada April hingga September 2024 diprediksi hangat bahkan lebih hangat dari rata-ratanya. Monsun Australia diprediksi mulai aktif memasuki wilayah Indonesia April 2024.
Sedangkan untuk awal musim kemarau pada tahun 2024 di Jawa Tengah umumnya diprakirakan terjadi pada bulan Mei 2024. Awal Musim Kemarau Tahun 2024 paling awal akan terjadi pada bulan April Dasarian II atau pertengahan April 2024.
“Untuk dasarian II ini akan meliputi Kabupaten Rembang bagian selatan, sebagian wilayah utara Kabupaten Blora dan sebagian kecil wilayah selatan Kabupaten Pati,” tuturnya.
Sukasno menyampaikan pada Dasarian III atau akhir bulan Juni musim kemarau akan terjadi di Kabupaten Pekalongan bagian selatan, Kabupaten Purbalingga bagian utara, wilayah tenggara Kabupaten Pekalongan, wilayah barat laut Kabupaten Banjarnegara dan sebagian kecil wialyah barat daya Kabupaten Batang.
“Awal musim kemarau tahun 2024 umumnya diprakirakan sama dengan normalnya,” bebernya.
Ia menjelaskan untuk sifat hujan pada musim kemarau tahun ini umumnya normal hingga diatas normal. Sementara puncak musim kemarau akan terjadi pada bulan Juli dan Agustus.
Ia menghimbau kepada pemerintah daerah agar lebih optimal melakukan penyimpanan air pada akhir musim hujan ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi dan penyimpanan buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan.
“Sedangkan pada periode musim kemarau, Pemerintah Daerah, Institusi terkait dan masyarakat dihimbau untuk tetap mewaspadai serta tetap mengantisipasi dampak bencana yang diakibatkan oleh cuaca/iklim yang terjadi pada Musim Kemarau,” tandasnya. (LDY)