NasionalJateng

Ratusan Pimpinan Ponpes Ikrar Anti Bullying dan Kekerasan

inilahjateng.com (Kendal)- Ratusan Pimpinan Pondok Pesantren Nahdlatul Ulama (NU) se-Jawa Temgah melakukan pertemuan di Pondok Pesantren Darul Amanah desa Ngadiwarno kecamatan Sukorejo, Kendal, Sabtu (25/01/2025) siang.

Pertemuan ratusan kyai kali ini semata-mata menjalin silaturahmi dan mengikuti acara “Naharul Ijtima’ RMI PWNU Jawa Tengah.

Pimpinan Ponpes Darul Amanah, KH Muhammad Fatwa mengatakan pertemuan tersebut dihadiri ratusan Kyai dan Bu Nyai Pimpinan Ponpes NU se Jawa Tengah serta Wakil Gubernur Jawa Tengah terpilih, Taj Yasin.

“Acara Naharul Ijtima yang digelar di Ponpes Darul Amanah dihadiri ratusan Kyai dan Nyai Pimpinan Ponpes NU se Jawa Tengah, tadi juga Wakil Gubernur Jawa Tengah Gus Yasin hadir. Acara ini juga sebagai ajang silaturahmi sesama pimpinan ponpes,” kata Pimpinan Ponpes Darul Amanah, KH Muhammad Fatwa, Sabtu (25/01/2025).

Dalam pertemuan tersebut membahas tentang marwah pondok pesantren dan menyiapkan skill santri dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045.

“Jadi yang kami bahas disini bagaimana untuk selalu menjaga marwah pondok pesantren. Dan juga bagaimana menyiapkan skill santri dalam mewujudkan Indonesia Emas,” jelasnya.

Baca Juga  Keterlaluan, Dana Desa Dipakai Judi Online

Terkait maraknya kasus kekerasan seksual, kekerasan fisik dan aksi bullying yang terjadi di lingkungan pondok pesantren, Muhammad Fatwa yang akrab dipanggil Gus Fatwa, menerangkan sangat menolak dan mengutuk keras aksi pelecehan seksual dan aksi bullying.

Karena sangat bertentangan dengan marwah pondok pesantren dan agama.

“Kami jelas sangat menolak dan mengutuk aksi tersebut. Itu benar-benar  bertentangan dengan marwah pondok pesantren dan agama,” tegasnya.

Gus Fatwa menerangkan sangat mendukung wacana pendampingan pondok pesantren dengan psikolog dan psikiater.

Menurutnya pendampingan tersebut harus dilakukan demi mencegah terjadinya aksi kekerasan yang saat ini ramai menjadi isu bagi kalangan remaja di berbagai institusi pendidikan.

“Pendampingan dan psikolog sangat diperlukan agar pengentasan masalah bullying dapat diselesaikan dan tidak menjadi momok dan permasalahan bagi pesantren,” terangnya.

Gus Fatwa mengungkapkan bahwa penanganan permasalahan bullying dan kekerasan seksual merupakan tanggungjawab pesantren untuk berkontribusi dalam pembangunan Indonesia.

Baca Juga  Empat Orang Diamankan dalam Aksi Unjuk Rasa di Semarang

“Penanganan permasalahan bullying dan kekerasan seksual itu merupakan tanggungjawab pesantren untuk berkontribusi dalam pembangunan Indonesia. Para Kyai, Bu Nyai Pengasuh Pesantren se Jawa Tengah akan selalu memperjuangkan hak dak hakikat santri dan santriwatinya, sehingga pesantren tidak dilihat dari sebelah mata,” ungkapnya.

Sementara itu, Calon Wakil Gubernur Jawa Tengah Terpilih, Taj Yasin Maimoen, mengatakan bahwasanya pondok pesantren tidak menerima aksi kekerasan berupa perundungan atau bullying dan kekerasan dalam kehidupan dan belajar mengajar.

“Pondok pesantren itu jelas tidak menerima aksi kekerasan berupa perundungan atau bullying dan kekerasan dalam kehidupan dan belajar mengajar. Apalagi sampai kekerasan seksual, jelas tidak dibenarkan,” kata Calon Wakil Gubernur Jawa Tengah Terpilih, Taj Yasin Maimoen.

Sosok yang akrab disapa Gus Yasin tersebut mengungkapkan bahwa pesantren akan menjadi garda terdepan dalam melawan bullying dan kekerasan seksual.

“Kali ini ada pembahasan bagaimana pondok pesantren ada tren bahwa pondok pesantren anti atau tidak ada bullying. Perlu kita sebarkan bahwa pondok pesantren tidak ada yang namanya bullying lagi dan kekerasan seksual. Pesantres harus menjadi garda terdepan dalam melawan bullying dan kekerasan seksual,” jelasnya.

Baca Juga  LKPP Dorong Transparansi dan Efisiensi dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Untuk melawan aksi bullying dan kekerasan seksual, Gus Yasin berharap setiap pondok pesantren memiliki manajemen dalam menangani permasalahan anak remaja tersebut.

Dalam acara itu, Gus Yasin menyerap aspirasi dari setiap perwakilan pesantren dan nantinya akan diciptakan modul dari hasil pembahasan acara tersebut.

“Yang nantinya saya juga mengikuti ada modulnya nanti yang dibawa ke pondok-pondok pesantren untuk mengatasi masalah tersebut, akan ada pendampingan, bahkan nanti akan ada ahli-ahli dalam psikolog dan sebagainya untuk mengatasi bullying dan kekerasan seksual di pesantren,” pungkasnya.

Dalam kesempatan yang sama, seluruh pemimpin dan pengasuh pesantren seluruh Jawa Tengah membaca ikrar bersama untuk bersikap untuk menjaga keutuhan NKRI dan melawan segala bentuk kekerasan di dalam pesantren. (Ren)

Back to top button