Inersia

Sejarah Pembangunan Jembatan Terpanjang di Indonesia yang Menghubungkan Surabaya-Madura

Suramadu adalah jembatan yang menghubungkan Kota Surabaya dengan Pulau Madura di bagian timur Kamal, Bangkalan. Jembatan ini memiliki panjang mencapai 5.438 meter dan menjadi jembatan terpanjang di Indonesia.

Nama Suramadu sendiri diambil dari dua titik penghubungnya, yakni Surabaya (Sura) dan Madura (Madu). Jauh sebelum ada jembatan ini, masyarakat harus naik kapal feri untuk menyebrang antar pulau Surabaya-Madura dengan jarak tempuh 30 menit. 

Setelah jembatan ini selesai dibangun, masyarakat bisa menyebrang antar pulau dengan menggunakan transportasi darat dengan waktu tempuh 10 menit saja.

Jembatan Suramadu tidak hanya menjadi jembatan penghubung antar dua pulau saja, tetapi juga menjadi landmark yang paling dibanggakan oleh masyarakat Surabaya dan Madura. Sebab sepanjang jembatan ini dilengkapi dengan lampu-lampu yang membuatnya begitu cantik di malam hari.

Ternyata, sejarah pembangunan Jembatan Suramadu tidak seindah seperti yang Anda lihat saat ini. Bagi Anda yang belum pernah melintasi jembatan ini, berikut adalah rangkuman perjalanan pembangunan Jembatan Suramadu dan keindahannya yang dilansir dari berbagai sumber.

Keindahan Jembatan Suramadu - inilah.com
Photo: iStockPhoto

Pulau Jawa terdiri dari enam provinsi yang dimana salah satunya adalah Jawa Timur. Luas wilayah Jawa Timur sendiri sebesar 48.037 km2 dan memiliki 508 pulau di dalamnya. Salah satu pulau yang ada di Jawa Timur itu adalah Pulau Madura.

Lokasi Pulau Madura terletak di sebelah utara Jawa Timur dengan luas pulau 5.250 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 4 juta jiwa.

Posisinya yang terpisah dengan Kota Surabaya membuat pertumbuhan Kabupaten Madura tidak semasif kawasan lainnya yang ada di Jawa Timur.

Di tahun 1960-an, seorang tokoh insinyur sipil bernama Prof. Dr. Sedyatmo mencetuskan untuk merancang desain Jembatan Suramadu untuk menghubungkan Kota Surabaya dan Pulau Madura.

Setelah beberapa belas tahun, ia menyampaikan ide cemerlang itu ke Presiden Soeharto. Presiden RI kedua itu langsung menyetujuinya. Namun sayang, Sedyatmo meninggal dunia pada tahun 1984 sehingga pembangunannya tidak dilanjutkan.

Dua tahun kemudian atau tepatnya pada tahun 1986, Presiden Soeharto menunjuk B.J. Habibie selaku Menteri Riset dan Teknologi di tahun itu untuk melanjutkan pembangunan Jembatan Suramadu.

Namun proses pembangunannya tetap tidak lancar karena adanya krisis moneter di tahun 1997-1998.

Singkat waktu, pembangunan Jembatan Suramadu berhenti selama hampir 5 tahun. Sampai akhirnya, pemerintah Jawa Timur bersikeras memohon kepada pemerintah pusat untuk melanjuti proyek tersebut di tahun 2000.

Akhirnya, Presiden Megawati Soekarnoputri mengamini permintaan tersebut dan melanjutkan pembangunan pada Agustus 2003. 

Pembangunan Jembatan Suramadu memakan waktu selama 6 tahun dengan total biaya lebih dari Rp4,5 triliun.

Tepat pada 10 Juni 2009, pembangunan Jembatan Suramadu selesai dan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2009). Kehadiran Suramadu tentu sangat dinanti-nantikan oleh masyarakat setempat dan sangat diharapkan dapat memperbaiki pertumbuhan ekonomi di Pulau Madura.

Dalam situs resmi SIMANTU Kementerian PUPR menjelaskan bahwa Suramadu adalah jembatan terpanjang di Indonesia, dengan panjang 5.438 meter.

Jembatan ini terdiri dari tiga bagian, yakni jalan layan (causeway), jembatan penghubung (approach bridge), dan jembatan utama (main bridge).

Suramadu memiliki empat lajur dan masuk kategori Jalan Kelas 1 yang dimana ketentuan berlalu lintas nya mengikuti MST 10 ton sesuai UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalulintas Angkutan Jalan. 

Di awal peresmiannya, Suramadu menjadi jalan tol dengan tarif Rp30.000 untuk Golongan I dan Rp3.000 ribu untuk sepeda motor. Pada 2018, Jokowi meresmikan jembatan ini menjadi jalan non-tol gratis.

Sosok Pendiri Jembatan Suramadu

Prof Ir Sedyatmo Dr Hc - inilah.com
Photo: Kover Magazine

Dibalik keindahan Jembatan Suramadu, ada seorang tokoh insinyur sipil Indonesia yang bekerja keras merancang desain jembatan ini, namanya adalah Prof Ir Sedyatmo Dr HC.

Sedyatmo lahir di Solo, 24 Oktober 1909. Beliau adalah lulusan Hollandsch-Inlandsche School (HIS), MULO Solo, dan AMS Yogyakarta.

Sedyatmo merupakan seorang genius yang mendapat beasiswa di Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) di jurusan Teknik Sipil.

Jauh sebelum pembangunan Jembatan Suramadu, nama Sedyatmo sudah mulai dikenal di kancah dunia berkat penemuan sistem Cakar Ayam yang ditemukannya di tahun 1961.

Sistem ini sangat cocok digunakan di jalan raya, kereta api, bangunan, dan seluruh kota dengan kawasan yang memiliki struktur tanah lembek atau berawa. Di tahun 1960-an, Prof Sedyatmo mencetuskan ide untuk merancang dan membangun Jembatan Suramadu untuk menghubungkan Surabaya-Madura.

Ide cemerlang itu diterima dan disetujui oleh Presiden Soeharto. Sayangnya, beliau tidak dapat melanjutkan proyek tersebut karena mengidap penyakit tumor di leher. Tak lama setelahnya, beliau meninggal pada Minggu, 15 Juli 1984 dan dimakamkan di Karanganyar.

Prof Sedyatmo merupakan tokoh insinyur sipil Indonesia yang sangat dihormati karena seluruh karya dan penemuannya sangat bermanfaat untuk pembangunan negeri.

Pemerintah Indonesia juga menganugerahkan penghargaan Bintang Mahaputra Kelas I atas jasa-jasanya. Bahkan namanya diabadikan sebagai nama jalan bebas hambatan dari Jakarta menuju Bandara Soekarno-Hatta.

Baca Juga  Sambut Libur Sekolah, KAI Daop 4 Siapkan 126 Perjalanan
Back to top button