NasionalJateng

Semarak Tradisi Jembul Tulakan di Donorojo Jepara

inilahjateng.com, (Jepara) – Tradisi Jembul Tulakan di Desa Tulakan, Donorojo, Jepara nampak meriah.

Ribuan warga memadati sepanjang jalan untuk mengarak dua jembul utama, pada Senin (20/5/2024).

Tradisi yang sudah turun temurun dilakukan masyarakat Desa Tulakan sebagai bentuk penghormatan kepada Ratu Kalinyamat.

Tradisi sedekah bumi itu digelar setiap Senin pahing di bulan Zulkaidah. Ada empat jembul utama yang dibawa setiap perwakilan dukuh di Desa Tulakan.

Kepala Desa Tulakan, Budi Sutrisno menerangkan bahwa Jembul Tulakan merupakan tradisi tahunan untuk mengenang satu peristiwa bersejarah dari Ratu Kalinyamat.

“Tradisi ini bermula karena adanya kepercayaan kepada Ratu Kalinyamat, sumpah sang satu atas kesetiaan dan kecintaan kepada mendiang suaminya,” terang Budi dalam sambutannya.

Baca Juga  Bea Cukai DIY Jateng Gagalkan Peredaran 1,5 Juta Batang Rokok Ilegal

Dia menjelaskan, tradisi itu mengenang peristiwa ketika Sang Ratu melakukan sumpah dan tapa wuda singgang rambut di Pertapaan Sonder. Dari situ, juga ditemukan bukti rambut dibungkus bambu di Bukit Donorojo.

“Dengan kesadaran meninggalkan kemewaan, ini bukti kecintaan Sang Ratu, menegakkan keadilan pada masa itu. Dari situ muncul upacara jembul tulakan,” jelasnya.

Budi menjelaskan, ada dua jenis jembul yang diarak, yakni jembul lanang (laki-laki) dan jembul wadon (perempuan). Perbedaan kedua jenis jembul ini terletak pada susunan dan isi gunungan.

“Jembul berisi aneka makanan seperti gemblong, jenang, pisang dan lain-lain, diisi bilangan bambu yang disisir,” papar Budi.

Sedangkan lanang dipasangi sebuah golekan yang melambangkan tokoh dari setiap dusun. Sedangkan jembul wadon berisi nasi ambengan beserta lauk pauk di dalamnya.

Baca Juga  SPMB SMP Sragen, Pelayanan Surat Keterangan Jalur Afirmasi di Dinsos Membludak

“Ada empat jembul yang mewakili setiap dusun, yakni Dukuh Krajan, Ngemplak, Winong dan Drojo,” tambahnya.

Jembul pertama, lanjutnya, merepresentasikan Kamituwan Krajan ditandai dengan Tokoh Sayid Usman. Sedangkan Jembul Kedua merupakan golek dari Tokoh Suto Mangun Joyo.

Lebih lanjut jembul ketiga dari Dukuh Winong melambangkan golek prajurit yang gagah perkasa. Terakhir Jembul keempat dari Kamituwan Drojo menyimbolkan tokoh Mbah Leseh.

“Empat jembul ini mempunyai makna Nayoko Projo, bakti penghormatan kepada Ratu Kalinyamat,” tandasnya.

Usai jembul diarak, juga dihelat pagelaran tayub di atas panggung. Selanjutnya, para warga berbondong-bondong mengambil jembul untuk ngalap berkah tradisi itu. (NIF)

Back to top button