Ekonomi & Bisnis

Strategi Gubernur Jateng Tekan Kenaikan Harga Pangan Jelang Lebaran

inilahjateng.com (Semarang) – Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, mengungkapkan strategi untuk menekan lonjakan harga bahan pokok menjelang Lebaran 2025.

Salah satu langkah utama yang ditempuh adalah pemerataan pasokan pangan antar daerah berbasis potensi wilayah.

Strategi ini diterapkan untuk menstabilkan harga daging, telur ayam ras, cabai, kentang, bawang merah, dan bahan pangan lainnya yang mengalami kenaikan harga di pasaran.

“Ini untuk menghindari inflasi dengan memaksimalkan potensi wilayah. Jadi koordinasi antar daerah sangat penting,” ujar Luthfi dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah yang dipimpin Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian secara daring, Senin (24/3/2025).

Luthfi menjelaskan, jika suatu daerah memiliki kelebihan produksi pangan tertentu, maka pasokan bisa dialihkan ke daerah lain yang membutuhkan.

Contohnya, jika harga bawang merah melonjak, maka hasil panen dari Brebes bisa didistribusikan ke daerah lain yang kekurangan.

Baca Juga  Sido Muncul Buyback Saham Rp 300 M, Strategi Baru atau Langkah Jitu?

Begitu pula dengan cabai, yang bisa dialihkan ke wilayah dengan permintaan tinggi.

“Kalau harga bawang merah tinggi, hasil panen di Brebes digeser ke daerah lain. Cabai juga bisa digeser. Tinggal kita koordinasikan kebutuhan logistiknya. Saya yakin dinas kita bisa melakukan intervensi sehingga pemerataan pasokan bisa terjadi,” jelasnya.

Langkah ini diharapkan dapat menekan deviasi harga antar wilayah, sehingga inflasi lebih mudah dikendalikan.

Menurut Gubernur Luthfi, kenaikan harga bahan pokok saat ini dipicu oleh beberapa faktor utama, diantaranya Peningkatan konsumsi masyarakat menjelang Lebaran, Curah hujan tinggi, yang berdampak pada produksi hasil panen dan Serangan hama patek, terutama pada tanaman cabai.

Kenaikan harga ini tidak hanya terjadi di Jawa Tengah, tetapi juga berdampak pada skala nasional.

Baca Juga  Dampak Tarif Resiprokal AS, Begini Langkah Pemprov Jateng

“Kalau dilihat dari Harga Acuan Pemerintah (HAP), sebenarnya kenaikan harga tidak terlalu signifikan, kecuali cabai rawit merah keriting yang sudah menyentuh Rp85 ribu per kilogram,” terang Luthfi.

Cabai Rawit Jadi Pemicu Inflasi

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) RI, Amalia Adininggar Widyasanti, mengonfirmasi hama patek dan curah hujan tinggi berdampak langsung pada kuantitas dan kualitas hasil panen.

Dampak cuaca ini juga terjadi di beberapa daerah lain seperti Sulawesi Selatan dan Papua Tengah.

Saat ini, Indeks Perkembangan Harga (IPH) Jawa Tengah berada di angka 2,23 persen, dengan pemicu utama kenaikan harga adalah Cabai rawit, Bawang merah dan Telur ayam ras.

“Ciri inflasi Ramadan 2024 dan 2025 hampir sama. Tahun ini, yang perlu diwaspadai adalah kenaikan harga cabai rawit menjelang Lebaran,” kata Amalia.

Baca Juga  Gubernur Jateng Siapkan Stimulus Modal Lewat Perbankan untuk UMKM

Menghadapi situasi ini, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) bersama dinas terkait telah menyiapkan langkah-langkah intervensi, termasuk Stabilisasi pasokan pangan antar daerah untuk mencegah lonjakan harga.

Kemudian Operasi pasar murah guna membantu masyarakat mendapatkan bahan pokok dengan harga terjangkau dan Koordinasi dengan daerah penghasil pangan untuk mempercepat distribusi.

Dengan berbagai upaya ini, diharapkan harga bahan pokok bisa lebih terkendali, sehingga masyarakat dapat merayakan Lebaran 2025 dengan lebih tenang tanpa khawatir lonjakan harga yang tidak terkendali.

“Kita harus bisa mengatasi ini. Selama ini, ketimpangan pasokan memang menjadi kendala utama. Tapi dengan strategi yang kita siapkan, inflasi bisa dikendalikan,” tutup Luthfi. (RED)

Back to top button