Jateng

Suara Kotak Kosong Pilkada Sukoharjo, Ini Kata Pengamat

inilahjateng.com (Sukoharjo) – Suara kotak kosong pada Pilkada Sukoharjo 2024 didominasi di wilayah perkotaan.

Pengamat politik asal Sukoharjo, Muladi Wibowo, menyebut ada beberapa faktor.

Dari hasil quick count Pilkada Sukoharjo 2024 yang telah mencapai 100 persen, pasangan calon bupati-cawabup Sukoharjo nomor urut 1, Etik Suryani-Eko Sapto Purnomo meraih 319.162 suara atau 66,76 persen.

Sedangkan kotak kosong meraih 158.893 suara atau sekitar 33,24 persen.

Suara pasangan Etik-Sapto cukup tinggi di wilayah Sukoharjo bagian selatan, yaitu di Kecamatan Bendosari, Weru, Bulu, dan Tawangsari. Di daerah tersebut, Etik-Sapto meraih suara di atas 70 persen.

Sedangkan, suara Etik-Sapto di wilayah Sukoharjo bagian utara bersaing dengan kotak kosong. Suara kotak kosong di atas 30 persen tersebar di wilayah Sukoharjo bagian utara seperti Kecamatan Baki, Kartasura, Grogol, Mojolaban, dan Gatak.

Baca Juga  Polres Demak Gelar Bakti Religi Dengan Bersih Bersih Masjid

Mantan Anggota Komisioner Bawaslu Sukoharjo tersebut menilai, tingginya suara kotak kosong yang didominasi di wilayah perkotaan lantaran karakteristik masyarakat perkotaan yang sudah melek esensi demokrasi.

“Wilayah Sukoharjo bagian utara merupakan perkotaan dengan karakter masyarakat yang lebih memahami esensi demokrasi. Mereka melek demokrasi antara hak memilih dan hak dipilih. Termasuk memilih kotak kosong, jika menang kotak kosong maka pilkada bakal diulang,” ucap Muladi, Jum’at (29/11/2024).

Pada Pilkada Sukoharjo 2024 ini, banyak masyarakat menginginkan kandidat lebih dari dua pasangan calon. Kondisi tersebut lantas memicu sebagian masyarakat untuk memilih kotak kosong saat menyalurkan suara di tempat pemungutan suara (TPS) dalam Pilkada Sukoharjo 2024.

Baca Juga  BKPRMI dan Juleha Gelar Pelatihan Akbar Juru Sembelih Halal di Semarang

“Dengan pola pikir seperti itu, maka sebagian masyarakat yang menginginkan munculnya kandidat lain akan memilih kotak kosong. Kotak kosong juga dilindungi konstitusi. Mereka paham hal ini,” paparnya.

Selain itu, pasangan calon tunggal dinilai kurang maksimal dalam membuka ruang dialektika dan interaksi terhadap masyarakat perkotaan.

Dimana calon tunggal tidak mendialektika visi dan misi mereka kepada masyarakat khususnya di perkotaan.

“Secara garis besar wilayah perkotaan ruang demokrasi, ruang informasi, ruang dialektika, ruang interaksi antar masyarakat lebih besar, diskusi lebih masif, medsos lebih aktif diantara warga, karena informasi lebih banyak, kegiatan warga lebih intensif tentu agak berbeda dengan wilayah selatan yang jarak penduduk agak berjauhan,” terangnya.

Baca Juga  Banjir Rob di Jalan Pantura Semarang - Demak Mengering

Disisi lain, kurangnya aktivitas kampanye mesin politik juga dinilai kurang masif. Padahal, pasangan Etik-Sapto sendiri diusung oleh 12 parpol, diantaranya tujuh partai parlemen, PDIP, Partai Gerindra, Partai Golkar, PAN, PKB, Partai Nasdem, dan PKS. Sedangkan lima non parlemen yakni PSI, Partai Demokrat, Partai Buruh, PBB, dan Partai Perindo.

“Dari sekian banyak aspek, figur paling berpengaruh. Masyarakat memilih pasangan calon tidak serta merta memilih partai. Apalagi, aktivitas kampanye mesin politik kurang masif selama masa kampanye,” tandasnya. (DSV)

Back to top button