Terbebas dari Kekeringan, Begini Solusi Warga di Desa Patemon

inilahjateng.com (Ungaran) – Setiap musim kemarau tiba, Desa Patemon, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang selalu mengalami kekeringan. Puncaknya, sekira tahun 2013, warga desa tersebut mengandalkan bantuan dari PDAM Salatiga dan Semarang akibat kemarau berkepanjangan.
Tapi, kini warga Desa Patemon tak perlu lagi bersusah payah antre menampung air hasil bantuan PDAM. Tidak lain, karena mereka ramai-ramai membuat sumur resapan.
Penggerak Sumur Resapan Desa Patemon Joko Waluyo (63) mengatakan, warga Desa Patemon berhasil mandiri memenuhi kebutuhan air persisnya sekira tahun 2014. Warga ramai-ramai membuat sumur resapan.
“Sekarang, kami warga desa bisa terbebas dari masalah kekeringan. Total sampai sekarang ada sekira 300 titik sumur resapan yang telah dibangun. Dulu kebutuhan air 7 sampai 8 tangki saat kemarau,” terangnya kepada inilahjateng.com, Selasa (12/9/2023)
Dikatakannya, ketika musim kemarau berlangsung, warga Desa Patemon bisa dibilang mandiri air. Walau sekarang dampak positif dirasakan warga. “Dulu, ide membuat sumur resapan pernah ditolak warga,” katanya.
Lebih lanjut, Joko bercerita, semula memiliki ide membuat sumur resapan karena perihatin atas masalah kekeringan di desanya. Kemudian, dalam perjalanan bertemu dengan LSM USAID kemudian dilakukan uji coba di depan rumahnya.
“Untuk sumur resapan saat awal yang saya bikin berukuran 2×2 meter. Tapi, kini jika ada orang ingin membuat sumur resapan saya buatkan ukuran 1×5 meter. Bahan-bahan sederhana, hanya lubang resapan sedalam 2 meter dasar sumur diberi batu koral,” katanya.
Joko mengungkapkan, pembuatan sumur resapan ini selain menjadi solusi bagi daerah yang rawan mengalami kekeringan juga bermanfaat menanggulangi banjir. Kemudian, lanjutnya, bisa menjaga sumber mata air.
“Alhamdulillah, sekarang warga sudah sadar. Kini, mereka ramai-ramai ingin membuat sumur resapan apabila ada bantuan CSR dari perusahaan,” ucapnya.
Warga lain, Budiyono (50) menyebut, merasakan manfaat adanya sumur resapan. Dia, yang memiliki sumur galian di rumah saat musim kemarau sumber airnya tidak pernah kurang. Bahkan, kata dia dahulu air sumur galian miliknya digunakan sendiri sekarang tetangga ikut memanfatkan.
“Sekarang sumur saya airnya diambil sekira 18 KK. Padahal, dulu hanya dipakai untuk pribadi saja ketika kemarau kekurangan. Saya pernah sedot sumur untuk dikuras disedot selama 24 jam tidak habis,” jelasnya.
Budiyono mengaku, sejak dibangun ratusan sumur resapan di desanya sampai sekarang sumur miliknya tidak pernah surut. Dahulu, saat kemarau tiba maksimal air sumur hanya bisa diambil pagi atau sore sekira 200-300 liter air. (RIS)