
inilahjateng.com (Kudus) – Aksi pembegalan dan penyerangan menggunakan senjata tajam oleh sekelompok penjahat mulai marak di Kudus.
Serangan yang dilakukan secara acak itu sudah menimbulkan beberapa korban luka. Situasi tersebut mulai meresahkan warga.
Di tengah upaya Pemerintah Kabupaten Kudus memulihkan ekonomi dan bergeliatnya aktivitas warga. Ancaman begal di Kudus makin meresahkan.
Warga diliputi rasa takut ketika hendak keluar malam atau berlalu-lalang sendirian.
Penyerangan dan begal yang terjadi belakangan ini tak hanya dilakukan ketika malam hari atau situasi sepi. Sebagian dari pelaku itu juga melancarkan aksinya pada siang hari.
“Kalau situasi seperti ini terus, saya jadi tidak berani untuk keluar malam. Terlebih rumah saya agak jauh dari daerah kota dan biasanya melewati jalan sepi,” ungkap Winda Meilina Mayasari (23), warga asal Cendono Kecamatan Dawe, Kudus, Jumat (3/11/2023).
Winda menceritakan, belakangan ini beredar informasi pembegalan yang menimbulkan korban. Salah satunya di daerah sekitarnya.
Hal itu membuat ia resah dan mengurungkan niat untuk beraktivitas sendirian di malam hari.
“Dari story whatsapp teman, di daerah Cendono. Entah benar atau tidak kejadiannya, saya kurang tahu. Akan tetapi kabar ini tentu membuat saya resah,” tambahnya.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Huda (30) warga asal Getasserabi Kecamatan Kaliwungu, Kudus. Huda yang kesehariannya sebagai penyedia jasa dekorasi itu mengaku mulai resah dengan adanya fenomena begal yang muncul lagi di Kudus.
“Ketika pulang larut malam, saya merasa was-was karena berita pembegalan yang beredar. Apalagi kalau sendirian. Malam hari terasa lebih horor dari biasanya,” katanya.
Kasus pembegalan di Kudus mulai marak pada akhir Oktober lalu. Meskipun baru beberapa kasus, teror begal ini kian meresahkan warga. Kasusnya juga beragam.
Ada yang berniat merampas HP hingga melukai korban. Ada pula yang mengincar motor korban.
Korban pada umumnya adalah orang yang tidak dikenal. Ada yang kena kepala, kena sajam di tangan, punggung, dan sebagian barangnya dirampas.
Pelaku biasanya berombongan dua hingga empat orang dengan mengendarai motor. Pelaku mengincar korban di keadaan sepi atau ketika malam hari.
Dekan Fakultas Hukum Universitas Muria Kudus, Hidayatullah mengatakan, munculnya pembegalan yang terjadi baru-baru ini merupakan fenomena sosial yang disebabkan banyak faktor.
“Bisa karena ekonomi, situasi kemarau panjang yang menyebabkan pekerjaan sulit, atau karena kejahatan yang terorganisir,” kata Hidayat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat (3/11/2023).
Ia pun menyarankan bahwa kejahatan yang mulai marak ini perlu kaji penyebabnya. Baru kemudian dapat dicari solusi sebagai strategi penanggulangannya.
Setidaknya, kata dia, dua faktor yang perlu ditingkatkan lagi adalah keaktifan aparat penegak hukum (APH) setempat dalam rangka mencegah timbulnya kejahatan baru.
“Penegak hukum dapat meningkatkan kinerjanya, melakukan upaya pencegahan, dengan memperbanyak operasi atau patroli. Selama ini APH hanya bersifat pasif, kalau ada kejadian baru reaksi, ungkapnya.
Kedua, sambungnya, keterlibatan warga juga berperan penting untuk meminimalisir kejahatan dan menolong korban.
“Satu sisi positif, munculnya gerakan warga dapat membantu APH dalam menanggulangi dan mencegah munculnya kejahatan seperti itu lagi,” jelasnya. (HSA)